Married with Devan [END]

7. MwD | Pindah

Vania turun ke ruang makan sambil memegangi lehernya yang sakit. Bukan hanya itu, seluruh tubuhnya juga mendadak pegal-pegal. Ah ini karena berbagi kasur dengan lelaki absrud itu, dan tidur Vania jadi tidak nyenyak. Alhasil
badannya jadi pegal-pegal seperti sekarang deh.

"Kamu kenapa Nia?"

"Badan Nia pada sakit Mah,"

Mendengar ucapan itu, Anya dan Tristan malah tertawa.

"Ih Mamah, Papah kenapa? Kok ketawa sih?"

"Kamu mainnya ganas ya Devan." Cetus Tristan kepada Devan yang baru datang.

Sedangkan Devan hanya melongo.

"Maksudnya Om?"

Tristan menepuk jidat. "Ah lupain aja." Tristan menjeda. "Mulai sekarang jangan panggil Om dan Tante lagi ya, panggil aja Papah dan Mamah. Kamu kan anak Papah juga."

Devan tersenyum. "Iya Pah."

"Oh Devan, kamu serius mau tinggal di apartemen kamu?" Tanya Anya.

Devan mengangguk. "Iya Mah."

"Lho kenapa?"

Devan melirik Vania.

"Anu Mah, biar kita bisa hidup mandiri. Iya kan Vania?"

Vania mendadak terkejut. Iya hanya mengiyakan. "I...iya Mah. Bener kata Devan."

"Oh kalau begitu, Mamah dan Papah sih setuju aja. Iyakan Pah?"

Tristan mengangguk. "Iya Mah, Papah juga setuju."

Devan tersenyum. Syukurlah Anya dan Tristan menyetujuinya. Sebenarnya alasan utama Devan ingin membawa Vania tinggal di apartemennya adalah bukanlah itu. Ya, lihat saja Vania apa yang akan gue lakuin ke lo! Gumam Devan dalam hati.

🦩🦩🦩

Sorenya,

Vania memeluk erat Anya.

"Kamu yang betah ya Nak di sana. Jadi istri yang baik ya."

Vania mengangguk.

"Kalau kamu butuh apa-apa bilang aja ya ke Mamah sama Papah, atau sama Bunda dan Ayahnya Devan."

Devan hanya tersenyum melihat itu semua.

"Devan?" Sapa Reza.

"Iya Bang?"

"Gue titip Nia ya."

Devan mengangguk.

"Jangan bikin dia sedih. Ingat!"

Devan kembali mengangguk. "Iya Bang, Devan janji."

Vania menghampiri Devan sambil menyeret beberapa buah koper.

"Mah, Pah, Bang Reza, Vania pamit dulu ya." Ucapnya lirih

"Iya Nak,"

"Hati-hati di jalan." Ucap Bang Reza.

Devan membantu Vania memasukan kopernya ke dalam mobil, Setelahnya Devan dan Vania pun pergi meninggalkan mereka bertiga.

Ketika di dalam mobil,

Tidak ada pembicaraan sama sekali antara Devan dan Vania. Sekilas Devan melirik perempuan di sampingnya. Vania tampak murung.