4. MwD | Hujan.

7.1K 361 2
                                    

Sore menjelang, baru saja Vania ingin meninggalkan kelas. Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.

Orang Gila;
Gue tunggu di depan gerbang.

Vania sengaja menamai kontak Devan dengan Orang gila.

Me : Gak perlu,
Nia bisa pulang sendiri!

Orang Gila;
Lo lupa? Kata Bunda kan hari ini kita fitting baju.

Sejenak Vania terdiam. Benar kata orang gila itu, Bunda Hanum memang berpesan semalam untuk datang ke Butiknya.

Orang Gila;
WOY! Buruan, nanti keburu ujan!"

Me:

Iya sebentar🙄

Dengan cepat, Vania bergegas menuju gerbang. Ia segera memakai helm, dan naik ke atas motor milik Devan.

Jarak SMA Garuda dan Butik Hanum tidaklah jauh. Hanya membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit.

"Assalamualaikum, Tante." Ucap Vania. Mencium punggung tangan Hanum. Begitu juga Devan.

"Wa'alaikumussalam Nia. Langsung masuk aja, pilih gaun yang kamu suka."

Vania melihat-lihat sekilas jejeran gaun berwarna putih. Ia mengambil sebuah gaun dan meletakannya di depan tubuhnya. Berusaha mencocokannya.

"Lo gak cocok pake yang itu!" Ucap Devan. Ternyata sedari tadi lelaki itu mengekor di belakang Vania.

Devan mengambil asal sebuah gaun. Dan menyodorkannya ke pada Vania.

"Pake yang ini aja."

Tanpa berkata apapun, Vania mengambil gaun yang ditawarkan Devan.

"Gak ah. Ini terlalu terbuka banget."

Devan menghela napas. "Ini lebih bagus. Punya lo kelihatan lebih gede. Jadi gak tepos-tepos amat!"

Plakkkkkkkkk! Satu tamparan berhasil mendarat di bibir Devan.

"Bodoamat! Nia suka yang ini aja." Vania tetap pada pilihannya yang pertama.

"Lo udah tepos! Kalo pake itu tambah rata!" Ah, Devan.

"Gak! Kalau mau kamu aja yang pake!"

"Ih kalian kok berantem?" Tanya Hanum mendengar keributan antara Devan dan Vania.

"Udah dapet yang cocok?" Sambung Hanum.

Vania mengangguk. "Udah Tante, Vania suka yang ini." Vania menunjukan gaun yang tadi ia pilih.

"Wah, memang cocok sama kamu." Ucap Hanum.

Mendengar itu, Devan hanya berdecak. Ah, apa-apaan sih Bunda ini.

🌱🌱🌱

"Van, agak dipercepat ya." Ujar Vania kepada Devan yang tengah asik mengendarai motor. Ia sedikit khawatir dengan cuaca yang mendung.

Devan mengangguk. Ia pun memainkan gasnya semakin kencang. Eh ralat maksudnya kencang sekali. Kontan hal tersebut membuat Vania takut pada dua hal. Pertama cuaca, kedua cara Devan membawa motornya yang kesetanan.

Motor Devan berhenti, di hadapan lampu merah.

"Ishhh, bisa pelan-pelan gak sih bawa motornya?"

Devan menautkan kedua alisnya. "Tadi kata lo suruh buru-buru."

Vania berdecak. "Tapi gak kayak gitu juga Devan. Kalo Nia jatuh gimana hah?"

Married with Devan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang