🔹🔸🔹🔸🔹Bismillah🔸🔹🔸🔹🔸
Selamat membaca
Jangan lupa vote dan komen, ya.
🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹
A-apa? Menikah?"
Ghani dan Vina membuka matanya lebar-lebar. Mereka terkejut sekaligus bingung dengan keinginan anaknya yang tiba-tiba ingin menikah.
Usia Zevan baru 17 tahun. Apa ia sanggup untuk membangun rumah tangga bersama istrinya nanti? Mereka khawatir dengan nasib perempuan yang akan menjadi pendamping hidup anaknya kelak.
"Mama ... bangun!" teriak Ghani sambil menepuk-nepuk pipi Vani yang baru saja pingsan di pangkuannya.
"Zevan gak mau tau. Pokoknya liburan semester ini, Zevan harus udah nikah. Titik. Gak pake koma!"
Zevan meninggalkan kedua orang tuanya yang berada di ruang keluarga. Cowok tampan itu berjalan menuju kamar yang ada di lantai atas.
Sesampainya di sana, ia langsung menghubungi ketiga sahabat seperjuangannya. Ia butuh asupan komentar yang bergizi dari mereka tentang keputusannya saat ini.
***
PERATURAN YANG HARUS DIPATUHI. VALID NO DEBAT!
1.) Bangun pagi harus mandi!
2.) Gak boleh bolos sekolah!
3.) Harus populer di sekolah, tapi yang baik aja!
4.) Jangan malu-maluin orang tua!
5.) Pulang sekolah harus langsung pulang, gak boleh kelayapan ke mana-mana!
6.) Gak ada istilah nongkrong bareng teman, kecuali dibawa ke rumah!
7.) Malam Mingguan di rumah aja, jangan kemana-mana!
8.) Gak malam Minggu doang, tapi setiap malam tetap di rumah!
9.) Bersihin kamar tidur sendiri! Jangan manja!
10.) Jangan pacaran! Awas aja pacaran!(Catatan: Dilarang melanggar peraturan ini. Kalau sampai kamu melanggar, siap-siap bulan depan gak dikasih jajan!)
Richal tertawa terbahak-bahak saat membaca hiasan dinding di kamar Zevan. Padahal ini sudah ke sekian kalinya ia membaca peraturan itu, tetapi selalu saja kekehan itu keluar dari bibirnya. Entah meledek atau apa. Intinya Zevan tidak suka!
Richal berjalan menuju sofa berwarna biru dengan corak bunga berwarna putih dan kuning sebagai penghiasnya. Cowok bernetra hitam pekat itu melempar jaket kulit coklatnya ke sembarang arah. Menyisakan kaos biru dan celana abu-abu sekolah di tubuhnya.
Richal melirik Edwin yang tengah bermain ponsel di sampingnya. Sesekali ia menepuk-nepuk bahu cowok berkacamata itu. Merasa terusik, Edwin melenggang pergi menuju balkon. Richal menghela napas lelah. Kenapa harus sejenuh ini saat berkumpul di rumah Zevan?
Cowok bermata bulat itu menghampiri Zevan yang sedang berkutat dengan beberapa buku paket pelajaran. Ada Biologi, Fisika, Kimia, dan Matematika. Zevan melakukan ini semua bukan karena dirinya pintar, melainkan keempat tugas pelajaran itu belum ia kerjakan satu pun. Padahal tenggat waktunya besok.
Gedebuk! Gedebum!
Zevan, Richal, dan Edwin serempak mengalihkan pandangannya pada cowok yang baru saja jatuh dari atas lemari baju. Cowok itu menyengir sambil berdiri dan mengusap-usap bokongnya yang amat terasa nyeri karena mencium lantai tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini (Bukan) Perjodohan |TAMAT|
Teen FictionHARAP JAGA KEWARASAN DAN DILARANG KETAWA SAAT MEMBACA! * Bismilllah. Sebelum membaca, alangkah baiknya teman-teman follow akun saya dulu, ya. 🌹🌷🌹 Teror demi teror datang mengusik rumah tangga Zevan dan Mola yang tergolong masih seusia jagung. Pa...