25 - Kado Kejutan

15 3 0
                                    

🔹🔸🔹🔸🔹Bismillah🔸🔹🔸🔹🔸

Ayok, lanjut lagi. Update borongan, nih

🔸🔹🔸🔹Happy Reading🔸🔹🔸🔹

Di sebuah ruangan yang tidak begitu luas, terdapat sebuah ranjang berukuran besar di sudut kanan. Meja rias berbahan kayu jati tak lupa terpasang di pinggir pintu kayu berwarna putih. Sebuah jam digital dengan warna hitam berukuran besar ikut tergantung di dinding kamar, tepat di atas meja rias tersebut. Timbul warna biru terang di setiap angka yang menunjukkan waktu setempat.

Mola, gadis itu tak henti-hentinya berjalan ke sana ke mari, setelah melirik sekilas jam dinding yang menunjukkan pukul 21:59:02 WIB. Ia menggigiti ujung jari-jari kukunya lantaran sang suami belum menampakkan diri sampai detik ini.

Masih terngiang di pikirannya, jika Zevan berjanji akan menyelesaikan semua pekerjaannya dan bergegas pulang pada jam 8 malam. Hampir dua jam telah berlalu begitu saja. Namun, cowok itu belum sampai rumah, atau setidaknya Zevan menghubungi Mola yang tengah khawatir seperti ini.

"Aduh! A Zevan sebenernya ke mana, sih?"

Gadis yang mengenakan setelan baju tidur dengan karakter kartun berwarna hijau itu merogoh saku celananya untuk mengambil benda pipih berwarna rose gold yang memiliki lebar layar sebesar 6 inci. Kedua ibu jarinya bergerak-gerak di atas layar, walaupun agak sedikit kaku, tak meruntuhkan niatnya untuk menghubungi sang suami yang belum sama sekali mengabarinya sampai saat ini.

“Nomor yang Anda tuju sedang dialihkan. Mohon tunggu sebentar.”

"Ish, dasar! Angkat dong, A!" Mola menggerutu kesal saat yang menjawab teleponnya adalah seorang wanita. Untung saja Naya memberitahunya bahwa suara itu berasal dari operator seluler yang sudah otomatis bersuara, apabila nomor yang dituju tidak dapat menerima panggilan, atau sedang dialihkan, dan masih banyak alasan lainnya.

"Sabar, Mola. Mungkin A Zevan masih banyak kerjaan di kantor. Semoga aja A Zevan selalu berada lindunganmu, Ya Allah. Berilah kelancaran di dalam segala urusannya. Mola sayang banget sama A Zevan, Ya Allah," mohonnya dengan khusyuk sembari mengangkat kedua tangannya.

Memanjakan tubuh di atas kasur merupakan salah satu solusi yang tepat untuk menghilangkan perasaan was-was yang kian menghantui dirinya. Hanya sekadar memejamkan mata sementara untuk memulihkan kondisi badan yang terasa penat setelah membersihkan unit apartemen ini sendirian sampai sang surya benar-benar tenggelam di ufuk barat.

Baru saja gadis mungil itu akan terjun ke alam bawah sadar, cacing-cacing di perutnya mendadak mengadakan konser yang membuat dirinya terpaksa membuka kelopak mata. Gadis berambut lurus itu berusaha untuk duduk dan menyandarkan punggung di kepala ranjang dengan telapak tangan tak berhenti mengusap perutnya, yang semakin lama semakin bertambah keras volume suaranya.

"Sabar, ya, perut. Stok makanan di kulkas udah habis semua. Jajanan yang A Zevan beli juga udah Mola habisin pas tadi siang sambil nonton TV. Mola juga lupa minta uang buat beli makan malam sama A Zevan. Maaf, ya, perut. Kita minum air putih aja yang banyak, ya."

Sesuai ucapannya barusan, Mola bergegas keluar dari ruangan yang penuh dengan kesunyian di dalamnya. Gadis bernetra cokelat terang itu terus melangkah melewati ruangan yang terdapat sofa melingkar beserta meja bundar dan televisi sebagai pelengkap. Lalu, ia berbelok ke kanan saat berjumpa dengan perbatasan antara ruang keluarga dan dapur, tempat yang menjadi tujuan dirinya untuk bersinggah saat ini.

"Gelas plastik tak ada, gelas kaca pun tak apa. Ehehe ...."

***
S

ebuah mobil sedan berwarna biru langit mendadak berhenti saat ada seseorang yang nekat menyeberang sembarangan tanpa memedulikan keselamatan orang lain. Kening lelaki yang duduk di kursi penumpang itu tak sengaja berbenturan dengan dashboard yang ada di hadapannya, hingga menyebabkan luka memar terpatri di wajah tampannya. Tangannya terangkat untuk mengusap dahinya yang kian berdenyut saat rasa sakit menghampiri.

Matanya menyipit untuk melihat benar-benar siapa seseorang yang sengaja menyeberang barusan, melalui kaca film mobil yang tampak gelap. Zevan menggeram kala sosok seseorang yang berpakaian serba hitam itu telah menghilang dari pandangannya. Baru saja ia ingin memberi perhitungan karena hampir saja menjadi penyebab terjadinya kecelakaan, yang bisa merugikan dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya.

"Siapa, sih, orang stres itu, Pak? Gila banget! Nyebrang kok gak make permisi!" berang Zevan ketika sang sopir kembali menginjak pedal gas.

"Saya gak tau, Mas. Saya sering mengalami kejadian seperti ini. Entah apa yang dipikirkan orang-orang itu sebelum bertindak," sahut Ando dengan sesekali melirik sepion dalam dan luar secara bergantian. Berjaga-jaga siapa tahu ada kendaraan lain yang akan menyalip laju mobilnya.

"Apa mau kita kejar aja orang itu, Mas?"

🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸

Hayo! Hayo!

Jan lupa vote dan komen, yaw

Temkiyu

Ini (Bukan) Perjodohan |TAMAT|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang