26 - Kado Kejutan (2)

11 3 0
                                    

🔸🔹🔸🔹🔸Bismilllah🔹🔸🔹🔸🔹

Hayo, mampir lagi, yak!

🔹🔸🔹🔸Happy Reading🔹🔸🔹🔸

"Apa mau kita kejar aja orang itu, Mas?"

Zevan menoleh dan menggeleng cepat sebagai jawaban. Lelaki itu ingin segera sampai di apartemen. Mendekap hangat dan mencium sosok gadis yang berhasil membuat hatinya terasa berbunga-bunga setiap hari. Terbesit sedikit rasa bersalah di hatinya lantaran tak bisa memenuhi janjinya untuk pulang cepat, sesuai yang ia sampaikan kepada Mola.

Baterai ponsel yang habis, membuat dirinya tak bisa menghubungi Mola, hanya sekadar memberitahu bahwa ia tak bisa pulang sesuai ucapannya tadi sore. Pikirannya berkelana ke mana-mana saat membayangkan wajah istrinya yang cemberut karena keterlambatannya. Lalu, dengan seribu jurus ampuhnya, ia akan membujuk Mola agar tak merajuk lagi kepadanya. Seperti bersandar pada bahunya, membelai lembut wajahnya, mengecup berkali-kali pipi gembulnya.

Aaaa ... membayangkannya saja bisa membuat Zevan melayang-layang di udara. Bagaimana rasanya jika Sang Pengendali Alam Semesta mengabulkannya?

"Lebih cepet, Pak. Saya rindu istri saya."

***

"Ya Allah, apa yang terjadi? Kenapa gelas ini bisa pecah?"

Mola memunguti satu per satu pecahan beling yang bertebaran di lantai. Dengan sangat hati-hati, gadis itu mengumpulkan benda tajam tersebut ke dalam sebuah kresek hitam kecil yang baru saja ia temukan di atas meja makan. Dadanya terasa sesak. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Perasaan apa ini? Gadis itu berharap semoga hal ini bukan pertanda sesuatu hal buruk yang menimpa suaminya.

Gadis yang memakai setelan baju tidur karakter itu mengikat plastik tersebut dan membuangnya ke dalam tong sampah mini yang sengaja ia simpan di bawah wastafel. Kemudian, ia mencuci tangannya dengan air yang mengalir dari keran wastafel tersebut. Saat ingin membasuh muka, suara bel berbunyi berhasil mengalihkan perhatiannya.

Badannya memutar seratus delapan puluh derajat secepat kilat. Ia mulai melangkah. Berlompat-lompat ria, satu-satunya aktivitas yang mengiringi perjalanan menyenangkannya kali ini. Senyum manisnya kian mengembang di setiap detiknya. Pasalnya, ia yakin bahwa yang menekan tombol itu adalah Zevan, sang suami tercinta yang paling ia tunggu-tunggu kehadirannya.

Sesampainya di sana, Mola membuka pintu kayu berwarna coklat tua secara perlahan agar orang lain tak melihat rambutnya yang tergerai bebas sekarang. "Hai, Aa Zevan! Mola kangen ba ...."

Ucapannya terjeda kala indera penglihatannya tak menangkap sosok yang ia harapkan kehadirannya kali ini. Matanya memicing untuk melihat keadaan sekitar yang mulai sepi. Bukan sepi lagi, bahkan tak ada satu pun seseorang yang berjalan di depan unit yang menjadi tempat tinggal barunya.

"Ternyata A Zevan romantis, ya. Kayak artis-artis yang ada di televisi."

Badannya membungkuk untuk mengambil sebuah kotak berwarna hitam dengan dihiasi pita berwarna merah muda di tutupnya. Mungkin kotak yang terletak di depan pintu ini merupakan kejutan yang diberikan Zevan untuknya.

"Cantik banget kadonya. A Zevan tau aja kalo Mola suka warna hitam dan pink."

Gadis 17 tahun itu memeluk erat kado spesial yang ia temukan barusan. Bergegas menutup pintu dan berlari menuju kamar untuk segera membuka hadiah apa yang Zevan belikan untuk dirinya yang murah senyum ini. Entah sejak kapan, gadis mungil itu sudah berada di atas kasur dan lebih anehnya lagi, Mola malah berjingkrak-jingkrak sembari bersorak ria untuk merayakan kebahagiannya malam ini.

Andai saja Zevan melihat semua ini, pasti Mola akan menjadi patung seketika. Pipi chubby-nya kembali merona dan ia tutupi dengan helaian rambut hitam panjangnya itu. Tubuh mungilnya dipeluk dari belakang dan dagu sang suami ikut bersandar di bahunya. Satu posisi yang sangat Mola impikan, tetapi mampu membuat jantungnya berdetak lebih cepat, seperti sedang maraton di alam bebas.

"Isinya apa, ya? Seblak, bakso, nasi goreng, keripik kentang, atau keripik singkong? Alah, penasaran jadinya, nih."

Mola bersila di atas kasur sembari memangku kotak spesial yang membuatnya penasaran. Gadis itu sengaja menutup matanya seraya membuka sedikit-sedikit penutup kado tersebut. Detik demi detik, penutup kotak berwarna hitam itu perlahan terbuka, tanpa Mola tahu isinya apa. Dirinya hanya tertawa kecil saat membayangkan isi dari hadiah tersebut. Semoga saja bisa membuatnya gembira seketika.

Tak perlu waktu lama, kotak itu telah terbuka bebas, membuat hidung mancung Mola merasa terganggu saat aroma busuk menyeruak. Pikirannya melayang-layang. Menerka-nerka hadiah apa yang Zevan berikan, hingga membuat sang istri ingin muntah detik ini juga. Gadis itu penasaran, tetapi tak berani melihat isi kotak tersebut. Takut saja jika hadiahnya tidak sesuai dengan ekspektasi.

Mola memberanikan diri untuk perlahan membuka kelopak mata. Mulutnya menganga dan matanya membelalak saat melihat betapa menyeramkan hadiah yang Zevan belikan untuknya. Sontak saja ia memekik, "Kenapa ada bangkai ayam di sini?! A Zevan jahat! Jahat! Jahat! A Zevan tega sama istrinya sendiri!" Gadis itu menendang kotak tersebut hingga isinya berhamburan ke lantai.

"Apa ini?" tanyanya saat tak sengaja menemukan segulung kertas putih yang diikat dengan pita berwarna merah muda. Untuk kali ini, rasa takutnya kian mereda karena ia mengira bahwa kertas ini bukan berasal dari kotak yang penuh kejutan tersebut. Kedua tangannya lihai membuka ikatan pita dari selembar kertas yang ikut tergulung.

"Mari kita mulai permainan ini. Saya akan akan mengajarkanmu apa arti penyesalan yang sebenarnya," gumamnya saat membaca goresan pena berdarah di kertas tersebut.

"A Zevan ... cepet pulang. Mola takut .... “

🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸

Woke, woke

Makasih banyak dah mampir

Vote dan komennya jan lupa, ya

Terima kasih banyak

Ini (Bukan) Perjodohan |TAMAT|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang