27 - Tragedi Gudang Sekolah

20 3 0
                                    

🔹🔸🔹🔸🔹Bismilllah🔸🔹🔸🔹🔸

Hayo, datang lagi di lapak saya!

🔸🔹🔸🔹Happy Reading🔸🔹🔸🔹

Mola, gadis pemilik netra coklat terang itu telah menceritakan sedetail-detailnya kepada Zevan tentang peristiwa yang terjadi semalam. Cowok itu mengangguk dan mendekap hangat tubuh mungil sang istri yang sempat tak sadarkan diri selama beberapa jam, demi menyalurkan segenap ketenangan dan kekuatan yang ia punya. Bibirnya tak berhenti mengeluarkan untaian kata-kata indah yang membuat hati Mola tentram seketika.

Hari demi hari, hubungan mereka semakin harmonis. Tak ada lagi perselisihan yang menghampiri rumah tangga mereka. Sampai-sampai para murid di sekolah mengira mereka adalah sepasang kekasih yang tengah menjalin hubungan spesial. Untung saja Zevan dan Mola tidak membongkar rahasia pernikahan mereka. Jika sampai ketahuan, bisa jadi mereka dikeluarkan dari sekolah detik ini juga.

Kini, Zevan telah mengikhlaskan kepergian Richal, sahabat yang sangat ia rindukan. Cowok bertahi lalat di hidung itu tak ingin lagi melampiaskan emosinya pada sang istri seperti minggu lalu. Entah kenapa, akhir-akhir ini Zevan lebih memilih untuk makan bersama Mola saat istirahat tiba. Mungkin saja untuk memperbaiki hubungan pernikahan mereka yang hampir saja retak karena keegoisan salah satunya.

Sudah seminggu ini, Mola selalu ikut Zevan pergi ke kantor saat aksi teror kembali terulang di hari berikutnya. Kotak berwarna merah dengan corak bunga mawar yang indah, membuat matanya terhipnotis seketika. Dirinya mengira hadiah itu datang dari aplikasi belanja online yang suka ia pakai. Sesuai isu yang beredar, aplikasi itu akan membagikan sembako gratis dengan biaya ongkos kirim ditanggung pemenang.

Ternyata, oh, ternyata. Kotak itu berisi puluhan kecoa yang berterbangan di udara.

"Waaaaaa! A Zevan, tolong Mola! Usir kecoanya!"

"Mari kita mulai permainan ini. Saya akan mengajarkanmu apa arti penyesalan yang sebenarnya." Lagi-lagi Mola tak sengaja membaca surat ini untuk yang kedua kalinya.

***

Sang mentari menyinari bumi untuk memberi kehangatan pada makhluk hidup yang beraktivitas di hari Senin ini. Penghormatan kepada para pahlawan yang rela berjuang untuk negara ini, sedang berlangsung khusyuk di sebuah lapangan yang sangat luas, hingga mampu menampung sekitar seribu orang sekaligus.

Zevan, lelaki tampan yang berhasil memikat para wanita dengan segala tingkah lakunya, kini berdiri tegak di tengah lapangan dengan mengemban tugas sebagai pemimpin upacara.
Waktu bergulir begitu cepat. Upacara telah selesai dilaksanakan. Seluruh peserta berhamburan meninggalkan lapangan dan bergegas menuju kelas untuk melepas rasa penat.

Berbeda dengan Ugo, sedari tadi lelaki itu hanya membuntuti seorang gadis yang sudah dicap sebagai miliknya, Mola. Gadis mungil itu sangat berbeda dari puluhan gadis yang pernah menjalin hubungan dengannya. Seperti ada magnet yang membuat pemuda itu ingin selalu berdekat-dekat dengan Mola.

"A Zevan! Selamat, ya! Tadi keren banget waktu jadi pemimpin upacara. Mola aja sampe meleleh lihat A Zevan tadi di lapangan."

Ugo menajamkan fungsi indera pendengarannya dan bersembunyi di balik kardus yang bertumpuk di samping. Cowok itu agak sedikit aneh saat melihat Mola dan Zevan malah berpelukan di taman belakang sekolah yang sepi seperti ini. Ribuan pertanyaan tercetak di benaknya. Apa sebenarnya hubungan Mola dan Zevan? Tidak mungkin jika hanya berstatus sebagai kekasih bisa sedekat itu.

Ini (Bukan) Perjodohan |TAMAT|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang