🔹🔸🔹🔸🔹Bismillah🔸🔹🔸🔹🔸
Selamat membaca
Jangan lupa vote dan komen, ya
🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹
"Dok, bagaimana keadaan Mola?" tanya Zevan saat pria berjas putih keluar dari ruangan Instalasi Gawat Darurat.
Hatinya risau kala teringat kembali dengan keadaan Mola yang sudah terkapar tak berdaya di pinggir jalan. Cowok bermata sayu itu mengurungkan niat untuk kembali ke Jakarta. Memilih bertahan di sini untuk menemani sang pujaan hati yang sedang berjuang di dalam sana.
"Alhamdulillah ... keadaan pasien baik-baik saja. Tidak ada luka serius di tubuh pasien. Bahkan, pasien juga sudah siuman beberapa menit yang lalu," jelas Axel—dokter termuda di sana—seraya tersenyum manis.
Zevan mengembuskan napas lega mendengarnya. Tak pernah terbayangkan olehnya jika nyawa Mola benar-benar tidak bisa diselamatkan. Mungkin ia akan mengalami hari-hari yang sangat sunyi dan gelap tanpa kehadiran Mola di sisinya. Untaian rasa syukur senantiasa ia panjatkan kepada Sang Penguasa Alam Semesta, Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
"Terima kasih, Dok."
"Sama-sama. Setelah ini, saya akan pindahkan pasien ke ruang rawat inap. Permisi."
***
Baru saja pulang, Mola harus kembali menginjakkan kakinya pada ruangan serba putih dengan bau obat-obatan menyeruak indera penciumannya. Rasa pegal kian menyelimuti tubuhnya setelah terjadinya kecelakaan tabrak lari yang menimpanya.
Memang seluruh peristiwa yang terlukis di alam, pasti memberikan hikmah yang sangat berarti bagi mereka yang merasakannya. Hal ini baru saja dialami Mola, si gadis mungil yang sedari tadi tak henti-hentinya tersenyum menatap lelaki yang duduk di sampingnya.
Garis takdir kembali mempertemukan keduanya di sebuah ruang rawat inap kelas VIP yang sepi ini. Masih belum ada yang berani membuka percakapan dari beberapa menit yang lalu. Rasa canggung tertiup kencang, hingga masuk ke pori-pori kulit mereka yang bersuhu normal.
"Aa Zevan yang nolongin Mola?" tanyanya pelan sembari menyandarkan punggungnya pada sofa berwarna coklat muda yang ia duduki sekarang. Belum ada jawaban dari sang pemilik nama. Sedari tadi cowok itu hanya menatap lurus ke depan seperti sedang menerawang sesuatu yang akan terjadi setelah ini.
"Lo mau ngomong apa?"
Bukannya menjawab, Zevan malah bertanya balik perihal perkataan Mola sebelumnya. Sebongkah rasa bersalah kian bersemayam di dada. Lagi-lagi hanya karena keegoisannya, sang pemilik hati kembali merasakan sakit dan perih.
Ia merasa gagal menjadi seorang laki-laki yang pernah mencintai Mola, tetapi tidak bisa menjaganya dengan baik. Malah kesengsaraan yang bisa ia berikan kepada Mola. Sungguh, Zevan tidak berniat melakukan itu semua.
Mola mengernyitkan dahi sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ngomong apa?" beonya tanpa beralih posisi lantaran tubuhnya masih terasa lemah. Belum ada tenaga yang cukup untuknya bergerak lebih banyak. Tak apalah katanya. Kehadiran Zevan di sini saja bisa membuatnya sedikit merasa pulih dari sakitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini (Bukan) Perjodohan |TAMAT|
Teen FictionHARAP JAGA KEWARASAN DAN DILARANG KETAWA SAAT MEMBACA! * Bismilllah. Sebelum membaca, alangkah baiknya teman-teman follow akun saya dulu, ya. 🌹🌷🌹 Teror demi teror datang mengusik rumah tangga Zevan dan Mola yang tergolong masih seusia jagung. Pa...