🔸🔹🔸🔹🔸Bismillah🔹🔸🔹🔸🔹
Selamat membaca
Jangan lupa vote dan komen, ya
🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸
"Pak Komeng, tolong bukain gerbangnya, ya."
Pak Komeng menggeleng. Tak mengindahkan permintaan ketiga cowok yang berpenampilan rapi di hadapannya. Ia harus bersikap profesional sebagai satpam di SMAN Puspa Bangsa ini.
Padahal dalam hati, ia heran kenapa Zevan, Richal, dan Ferdi bisa telat datang ke sekolah. Biasanya ketiga cowok itu datang paling lambat 10 menit sebelum bel masuk berbunyi. Kenapa hari ini bisa telat sampai 30 menit? Sedari tadi, batinnya terus saja bertanya-tanya.
"Ayolah, Pak. Abis ini kita ada pelajaran Biologi. Gurunya galak. Bisa-bisa kita dimakan nanti," keluh Richal dengan bibir yang mengerucut.
"Tunggu Bu Icha dulu,” pungkas Pak Komeng.
Zevan mengembuskan napas lega. Untung saja masih diperbolehkan masuk. Walaupun harus berurusan dengan guru BK yang terkenal galak dan bawel itu. Maklum, Zevan belum pernah berurusan apalagi masuk ke dalam ruangan Bu Icha.
Richal menepuk bahu Ferdi. "Auto dihukum, Bro."
"Pak, bukain gerbangnya."
Semuanya menoleh ke arah sumber suara. Di sana sudah ada Bu Icha yang tengah bercekak pinggang. Pak Komeng langsung membuka gerbang dan mempersilakan cowok-cowok itu untuk masuk. Pria 35 tahun itu berpesan supaya mereka tidak terlambat datang ke sekolah lagi.
"Kenapa telat?" tanya Bu Icha dengan nada dingin.
Semuanya menyengir dan menyenggol bahu temannya satu sama lain. Tidak ada yang berani menjawab karena takut menatap wajah Bu Icha yang menyeramkan. Zevan menjerit saat kakinya sengaja diinjak oleh Richal dan Ferdi.
Cowok itu menatap bingung Richal yang mengedipkan mata ke arah Ferdi. Sepertinya, mereka berdua sedang merencanakan sesuatu yang bisa membahayakan Zevan.
"Bu, kita telat karena tidurnya kemaleman. Soalnya kita abis bantuin Zevan," ungkap Ferdi.
"Apa-apaan lo?" bisik Zevan di telinga Ferdi.
Hatinya tidak terima, jika Ferdi berbicara seperti itu. Sudah jelas-jelas kalau Ferdi tidak ikut serta dalam acara diskusi tadi malam. Malahan ia sudah terlelap dua jam lebih awal daripada Zevan dan Richal.
"Ikut Ibu ke lapangan sekarang!"
***
"
Woy, kaki gue pegel, nih."
Zevan berselonjor seraya menyeka keringat yang mengalir di pelipis. Ia mengatur napasnya yang tidak beraturan akibat berlari mengelilingi lapangan basket sebanyak 10 kali. Ia memijat-mijat kakinya yang serasa mau lepas dari tempatnya.
"Dihukum?" Zevan terperanjat dan langsung menengok ke samping. Ternyata ada seorang cewek berambut sebahu di sana.
"Iya, Nin," balas Zevan pada cewek yang bernama Nindi itu.
Nindi menyerahkan sebuah amplop. "Nitip."
"Apa ini?"
Zevan mengembuskan napas berat. Pertanyaannya terbang begitu saja terbawa angin lantaran Nindi sudah menghilang dari penglihatannya. Entah sejak kapan cewek itu pergi. Sifat dingin dan cuek begitu melekat pada dirinya. Ia hanya berbicara dan menanggapi sesuatu hal yang penting-penting saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini (Bukan) Perjodohan |TAMAT|
Teen FictionHARAP JAGA KEWARASAN DAN DILARANG KETAWA SAAT MEMBACA! * Bismilllah. Sebelum membaca, alangkah baiknya teman-teman follow akun saya dulu, ya. 🌹🌷🌹 Teror demi teror datang mengusik rumah tangga Zevan dan Mola yang tergolong masih seusia jagung. Pa...