20 - Pahlawan Kesiangan

44 10 6
                                    

🔹🔸🔹🔸🔹Bismillah🔸🔹🔸🔹🔸

Selamat membaca

Jangan lupa vote dan komen, ya

🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹

"A Zevan, sini, dong. Bantuin Mola ngerjain PR Kimia."

Zevan mengangguk pelan lalu mematikan televisi dengan remote yang digenggam. Cowok itu turun dari ranjang dan menghampiri istrinya yang sedang berkutat dengan setumpuk buku di meja belajar. Ia duduk di kursi yang terletak di sebelah istrinya sembari mengucek-ngucek mata dengan tangan. Hawa sejuk di kamar membuatnya sulit terjaga.

"Dalam sistem periodik unsur, apa saja yang bertambah jika posisi atom semakin ke kanan dan ke atas. Jelaskan juga sebaliknya," gumam Zevan saat membaca soal di buku tulis Mola. Cowok berhidung mancung itu menggaruk-garuk kepalanya yang mendadak gatal. Memijat pangkal hidung, berusaha mengingat materi yang kemarin dijelaskan.

"Gue lupa nyatet, Mol. Paling ada beberapa doang yang gue inget."
"Gak apa-apalah, A. Yang penting diisi," ujar Mola. Zevan mengangguk dan mulai menyebutkan jawaban yang ia ingat. Sesekali ia menjelaskan secara rinci kala istrinya tidak paham sama sekali dengan maksud dari jawabannya tersebut.

Hampir selama satu jam, Zevan menemani istrinya mengerjakan semua tugas yang diberikan guru di sekolah. Tak jarang juga ia menjahili Mola yang membuat dirinya bahagia seketika. Sesederhana itukah kebahagiaannya saat ini? Untung saja malam ini Mola sudah bisa diajak bercanda. Tidak seperti tadi pagi yang bawaanya ingin meluapkan segala amarah kepadanya.

Zevan membantu Mola menyusun buku paket yang berjatuhan di lantai. Entah kenapa rasa kantuknya kian menghilang saat menatap wajah teduh istrinya. Cowok itu mengusap-usap pelan perutnya saat sinyal kembali berbunyi setelah beberapa jam lalu baru saja diisi. Ia mencolek lengan gadis berambut lurus sepunggung di sebelahnya seraya tersenyum malu.

"Gue laper. Lo mau ikut?"

***

"Dua porsi nasi goreng pesanan Kakak cantik dan Kakak ganteng sudah datang." Gadis berhijab marun itu mencebik kesal saat suaminya membalas senyuman perempuan mungil yang mengantarkan pesanan ke mejanya.

Lebih baik Mola mengalihkan pandangannya pada sekeliling kedai nasi goreng pinggiran yang terlihat ramai, walau sekarang hampir tengah malam. Banyak insan yang berlalu-lalang mampu membuatnya mengangguk dan berpikir bahwa kedai ini memang sudah menjadi favorit. Aroma makanan yang menyeruak membuat selera makannya semakin meningkat.

"Baru kali ini gue bisa keluar malem-malem. Sekalinya keluar, bawa cewek lagi. Ehehehe ...."

Gadis itu memutar bola mata malas. "Iya, ceweknya teteh-teteh tadi."

Zevan tersedak seketika. Hal itu membuat Mola merasa tidak enak hati dan langsung memberikan segelas air yang tersedia di meja. Gadis itu menepuk-nepuk pelan punggung suaminya sekaligus meminta maaf atas ucapannya barusan. Sedangkan cowok itu tidak sama sekali mendengarkannya lantaran sibuk mengecek suara yang keluar mendadak serak. Berkali-kali ia berdeham untuk menormalkan kembali suaranya.

"Lo kalo cemburu liat situasi dulu dong, Mol. Kalo gue tiba-tiba mati tadi, emangnya lo mau jadi janda muda?"

Mola melipat lengan di dada. "Emang kalo cemburu bisa direncanain dulu gitu, A? Ngomong doang mah gampang. Kan Mola yang ngerasain, bukan Aa."

Wajahnya berubah menjadi masam. Tak ada senyum sedikit pun yang ia tebar detik ini juga. Gadis itu mendengkus saat suaminya malah sibuk menikmati sepiring nasi goreng dan segelas es jeruk tanpa memperhatikan dirinya yang tengah merajuk.

Ini (Bukan) Perjodohan |TAMAT|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang