21 - Aku Sayang Kamu

29 6 0
                                    

Hai, everyone!

Saya datang kembali untuk up cerita Zemol, lho 😌. Huhu, siapa yang seneng, nih? 😂. Mari merapat dan kita lanjutkan kisah pasutri kocak yang satu ini. Let's, check it out! Jangan lupa vote sama komen, yeee. Temkiyu 😇.

🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹

"Sakit, Mola. Jangan dipencet-pencet, ya ampun."

"Muka tampan gue jadi berkurang satu persen."

"Udah, Mol. Entar muka gue jadi jelek."

"Suami Mola tetep ganteng. Lagian, sih, sok-sokan jadi pahlawan."

"Bukannya makasih udah gue tolongin. Dahlah, mending gue tidur, daripada dengerin lo ngoceh. Berisik!"

"Tidur tinggal tidur. Pake acara laporan segala."

"Gue bakal tidur kalo lo usapin, Zeyeng.”

Mola memutar bola mata malas sembari berdecak-decak dan menekan pelan sudut bibir Zevan yang memar akibat perkelahiannya dengan Ugo tadi siang di sekolah. Gadis bermata sipit itu mendengkus perlahan dan mencoba untuk lebih sabar lagi menghadapi suaminya yang tampak terlihat manja apabila sakit seperti ini.

Terhitung sudah dua jam Zevan berbaring di atas kasur kamarnya dengan posisi kepala yang beralaskan paha istrinya. Mata sayunya terpejam, menikmati sentuhan lembut handuk merah yang sudah dibasahi air es sebelumnya. Cowok itu bergidik ngeri saat kembali mengingat surat peringatan pertama yang diberikan Bu Icha—guru BK di SMAN Puspa Bangsa—kepada dirinya.

Sungguh, niat Zevan hanya ingin menyelamatkan istrinya dari lelaki yang tidak punya sopan santun, seperti Ugo itu. Sebagai cowok sejati dan hanya mencintai sang istri, Zevan rela mengorbankan harta, jiwa, dan raganya untuk Mola yang akhir-akhir ini terlihat lebih sensitif dari biasanya. Masa bodoh dengan semuanya.

Untung saja siang ini, semua guru di SMAN Puspa Bangsa akan mengadakan rapat besar-besaran untuk membahas tentang perlombaan, baik akademik maupun non akademik setingkat kota Jakarta, yang akan diadakan satu bulan lagi. Jadi, semua siswa langsung dipulangkan selepas salat Zuhur berjamaah di masjid sekolah.

Zevan berdeham pelan sembari mengusap-usap lehernya bagian depannya yang tampak sedikit berkeringat. Cowok itu mengedipkan sebelah matanya ke arah Mola yang tengah bersandar di kepala ranjang. Gadis berparas cantik itu hanya menaikkan sebelah alisnya, lalu memijat pelan pangkal hidung mancungnya sembari menutup mata.

"Mola, gue haus. Tolong ambilin air es di kulkas, ya," pinta Zevan dengan nada serak.

Mola mengangguk perlahan dan meminta Zevan untuk sedikit menjauh darinya. Cowok itu menurut dan langsung menyandarkan kepalanya pada sebuah bantal kecil berbentuk hati. Tak lupa juga kedua tangan dan kakinya saling memeluk erat satu buah guling berwarna coklat muda di hadapannya. Penglihatannya perlahan tertutup saat Mola berjalan keluar dari ruangan ini.

Baru saja ingin terlelap, suara notifikasi ponsel kian mengganggu kenyamanan dirinya, kala menikmati embusan udara sejuk yang menerpa wajah tampannya. Cowok beralis tebal itu menyumpah serapahi ponsel hitam yang terletak di sebelah kirinya. Bisa-bisanya benda pipih itu mengganggu kedamaiannya detik ini juga. Mau tidak mau, Zevan harus melihat pesan apa yang baru saja masuk ke akun WhatsApp-nya.

Ini (Bukan) Perjodohan |TAMAT|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang