🔹🔸🔹🔸🔹Bismilllah🔸🔹🔸🔹🔸
Selamat membaca
Jangan lupa vote dan komen, ya
🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹
"Ih, Zevan. Itu apaan, sih?"
Zevan menoleh dan mengikuti arah pandang Richal. Ternyata dari tadi Richal memperhatikan semangkuk makanan berwarna hitam keunguan. Baru pertama kalinya ia melihat jenis makanan seperti itu.
Richal ingin mencicipi, tetapi malu karena posisinya agak jauh dari makanan yang ada di atas meja mini itu. Beragam pertanyaan dan keingintahuannya memaksa ia untuk berjalan menghampiri meja berwarna coklat tersebut.
"Hai! Nama kamu siapa? Kenalin nama aku Richal. Salam kenal, ya." Richal tersenyum kepada semangkuk makanan yang ada di tangannya. Cowok itu melangkah ke arah Zevan yang tengah bergurau dengan para sepupunya.
Ruangan serba kuning yang tidak terlalu luas ini, mendadak ramai kala Zevan dan sahabat-sahabatnya datang tadi siang. Banyak saudara Zevan yang berbondong-bondong menduduki tempat di ruang tamu itu. Bukan hanya ruang tamu saja, tetapi ruang keluarga pun ikut penuh dengan anak-anak kecil yang berlarian.
Memang semua penghuni di kampung ini merupakan saudara dan kerabat Zevan. Sudah menjadi kebiasaan, jika ada saudara mereka yang datang dari kota, maka mereka akan bertamu ke rumah orang itu. Hanya sekadar melepas rindu, menjalin silaturahmi, dan berbincang-bincang mengenai lowongan pekerjaan yang ada di kota.
"Lo gak tau ini apa, Chal?" Richal menggeleng sambil menggaruk kepalanya yang lumayan gatal.
"Ck! Jangan digaruk di sini. Nanti kutu lo pada terbangan," sungut Zevan dengan menjauhkan mangkuk itu dari kepala Richal. Bukan apa-apa. Hanya saja ia juga ingin mencicipi makanan itu terlebih dahulu. Dengan cepat lelaki bermata sayu itu mencomot makanan yang berbentuk seperti beras ketan tersebut.
"Zevan, gue duluan yang ngambil! Kenapa lo yang makan duluan, hah?!" Zevan tak mengindahkan ucapan Richal yang sudah bernada tinggi itu. Ia hanya sibuk memakan hidangan tersebut dengan semangkuk uli yang tersedia di hadapannya.
"Ini namanya tape ketan. Lo beneran gak tau?"
Zevan berdecak ketika mangkuk itu direbut paksa oleh Richal. Sedetik kemudian, ia tertawa melihat perubahan raut wajah Richal. Mulutnya masih mengunyah sembari membuka dan menutup matanya. Keningnya berkerut, seperti tengah menahan sesuatu.
"K–kok bisa asem gini, Van?" tanya Richal, setelah susah payah menelan sesuatu aneh yang menari-nari di rongga mulutnya. Bukan aneh. Hanya saja ia belum terbiasa memakan makanan tradisional Indonesia, seperti tapai ketan ini.
Tapai ketan memang asam karena terbuat dari bahan ketan yang diolah dengan cara fermentasi. Dalam proses fermentasinya terdiri dari beberapa tahap yang harus dilewati. Mulai dari tahap pencucian sampai tahap fermentasi. Tahap terakhir ini paling berpengaruh karena dapat menentukan mana hasil tapai ketan yang memiliki tingkat kemutuan yang baik.
"Gak suka? Buat gue aja," sahut Zevan sambil terkekeh kecil.
Richal mendengkus. Ia meninggalkan Zevan dan beralih pada meja coklat yang sempat ia hampiri tadi. Netranya berbinar kala menatap sebuah kaleng yang dipenuhi gambar biskuit. Di sisi yang lain, ada gambar seorang wanita dan kedua anak laki-lakinya tengah makan bersama di atas sebuah meja berwarna putih.
Richal menerka-nerka bahwa kaleng itu berisi biskuit yang sangat banyak. Jarang sekali ia memakan camilan seperti ini. Hanya saat lebaran tiba, ia menemukan puluhan kaleng seperti itu di rumah neneknya. Senyum manis terpatri di wajahnya. Harap-harap khayalannya menjadi sebuah kenyataan yang menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini (Bukan) Perjodohan |TAMAT|
Teen FictionHARAP JAGA KEWARASAN DAN DILARANG KETAWA SAAT MEMBACA! * Bismilllah. Sebelum membaca, alangkah baiknya teman-teman follow akun saya dulu, ya. 🌹🌷🌹 Teror demi teror datang mengusik rumah tangga Zevan dan Mola yang tergolong masih seusia jagung. Pa...