"AAAAAAA HANTUUUU!!!"
"WAAAAAAA!!"
Nabila ikut berteriak terkaget-kaget. Izza mundur sampai pojok tempat tidur. Mata Nabila seketika datar menatap Izza dengan kesal. Izza langsung terdiam ketika mendapati sesosok makhluk yang tidak-tidak dipikirannya itu adalah Nabila.
"Astaghfirullahaladzim kaget!" seru Nabila memegang dadanya.
Izza menjawab dengan galak, "Lu yang bikin kaget woy! Sholat itu diluar, jangan disini!"
Nabila melepaskan mukena, ternyata semalaman hijab yang ia pakai belum terlepas dari kepala. Ia mendengus lalu meninggalkan Izza yang masih duduk terbalut dengan selimut. Sudah sudah tidak sholat, malah mengatakan dirinya hantu.
Melihat Nabila dengan wajah masam seperti itu, Izza bangkit dan membuntuti Nabila hingga menuju dapur. Yang dibuntuti sama sekali tak menoleh, Izza terhenti ketika Nabila berhenti di depan toilet. Otaknya mendadak linglung mendapati Nabila berbalik menatapnya melipat kedua tangannya.
Izza terkekeh, "Hehe, gue mau ambil wudhu."
Nabila menatapnya aneh, lelaki ini berjalan melewatinya begitu saja. Dengan geram sebelum Izza melangkah mengambil wudhu, kerah baju Izza ditarik Nabila dari belakang. Langkah Izza tersendat, ia merasa tercekik.
"Mandi dulu baru sholat subuh!" ujar Nabila dengan lantang.
Izza berbalik dan mengangguk, "Lu bisa ngga jangan bunuh gue sekarang?" katanya sambil menyuruh Nabila untuk melepaskan tangannya dari kerah bajunya.
Tatapan mata Izza sekarang terlihat horor.
Nabila meneguk salivanya, "Yaudah sana mandi dulu."
Selepas mandi Izza sholat subuh di kamar, sementara Nabila tengah menyiapkan makanan untuk sarapan pagi ini. Ah Izza saja yang tidak menyadari kalau Nabila adalah wanita yang selalu harapkan oleh setiap lelaki menjadi pendamping hidup. Namun, mengingat usia masih 16 tahun, sebaiknya jangan memikirkan hal itu.
Selepas sholat subuh, Izza mengaminkan doa yang ia panjatkan, otaknya kembali bekerja normal. Baru saja ia sholat subuh setelah sekian lama tidak melaksanakan kewajiban akibat bangun kesiangan. Baiklah, hari awal bersama Nabila dimulai detik ini. Entah apa yang akan terjadi, harus siap menjalani dengan hati yang tegar.
Izza memakai seragam dan bercermin merapikan rambut dengan sisirnya, ia memasang dasi di kerah baju dengan rapi membuat Izza terlihat seperti siswa teladan. Ia memainkan ponsel dan berjalan menuju dapur lalu duduk di kursi, terlihat Nabila tengah memasak nasi goreng lalu menyajikan di meja makan.
Izza sekilas melihat nasi goreng itu masih berasap karna panas, ia beranjak dari meja makan menuju kulkas. Ia mengambil sekotak susu dan menuangkan ke cangkir, tatapannya masih berpaku pada handphone, entah apa yang ia lakukan hingga terlihat sibuk.
Setelah menuangkan susu, kembali lagi Izza duduk di kursi makan. Nabila menatapnya aneh, ia melirik-lirik apa yang tengah Izza lakukan dengan ponselnya, sesekali tatapan matanya tertangkap basah oleh Izza, ia segera menunduk lalu melanjutkan makan.
Apalah daya untuk seorang wanita seperti Nabila yang berpenampilan kuno dan gaptek berdampingan dengan Izza yang mempunyai akal cerdas juga pintar. Sedangkan Nabila tak memiliki keduanya selain mempunyai wajah yang terbilang cantik dan bertubuh pendek.
Izza meneguk susu, tak menggubris nasi goreng yang disiapkan Nabila dihadapannya. Baiklah, sedari tadi Nabila hanya menyantap makanan yang ia buat sendiri tanpa harus perduli dengan Izza. Namun, sekelebat rasa tidak nyaman menyeruak Nabila ketika Izza tetap diam.
"Cepet makan mumpung masih panas," tegur gadis itu.
Izza terlihat sinis dan segera menghabiskan secangkir susu yang ia tuang tadi. Lalu beranjak pergi tanpa menjawab perkataan Nabila sebelumnya. Ah Izza memang mempunyai watak seperti itu, tidak seperti Kak Jefri yang berhati hangat dan ramah pada semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Arogan dan Putri Mawar (Komplit✓)
ChickLit📌SEBELUM BACA FOLLOW DULU📌 Happy reading bestie Tiba tiba menikah, dan tiba-tiba tinggal satu atap dengan gadis tak di kenal, otak lemot dan tidak pandai dalam hal pelajaran. Tiada hari tanpa emosi bagi seorang lelaki biasa macam Izza. Bukan, mel...