31. Rubah betina

63 19 1
                                    

Usai sholat Isya, Gea dan Nabila duduk di kursi tempat Gea biasanya belajar. Karena masih menghadapi ujian, masing-masing membaca buku sambil memakan camilan yang ada di meja. Gea yang selama ini sangat jarang membuka buku, akhirnya membuka buku karena Nabila menyuruhnya untuk belajar.

Seperti yang dikatakan Gea, rumahnya sangat sepi dan sunyi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, pantas saja Gea mau mengajaknya nginap ke rumah satu tahun. Di sela-sela membaca buku, Nabila terpikir untuk menanyakan hal ini.

"Ge, kamu emang biasa sendiri di rumah segede ini?"

Gea menurunkan buku dari wajahnya, "Iya, sepi banget kan?"

Nabila mengedarkan pandangan, "Iya."

Gea mencerocos, "Enakan nginap di rumah lu. Biarpun rumahnya ngga segede gini, tapi sumpah, Bil. Rumah lu cocok buat gua."

Nabila menggaruk keningnya, "Ntar kalau ada apa-apa kamu nginap di rumah aku aja."

"Siap mamen!"

"Meaw."

"Sini, Zaan. Makan dulu." Nabila mengeluarkan makanan sang kucing dari tas.

Gea mengangkat kucing ini, lalu menaruhnya di pangkuan. Mengelus-elus kepala Zaan sehingga Zaan terdiam nyaman.

Gea bertanya, "Nama kucing ini siapa?"

"Izaan."

"What? Izaan? Yang bener?"

Nabila menganggukkan kepala.

"Namanya mirip Izza sumpah, temen Devan." Gea tak percaya.

Cling

Terdapat sebuah notifikasi instagram di ponsel Gea, ternyata lagi-lagi postingan Audi lagi jalan bersama Izza. Nabila yang melihat itu berapi-api, tangannya mencengkram kuat bajunya. Bisa-bisanya di saat Nabila dalam suasana marah, lelaki itu malah bersikap bodo amat.

"Idih pamer banget si Audi astaga! Coba liat deh komenannya, tuh dukung mereka langgeng sampe nikah. Hah!" Gea menyeringai sinis.

Nabila kembali memakan cemilannya, "Doain aja cepet putusnya."

Gea mendelik, "Apa?"

"Doain aja cepet putusnyaaaaaa Geaaaa!!!" ujar Nabila kesal.

🖤🖤🖤

Seminggu berlalu. Hari ini hari senin. Mungkin setelah upacara, hasil ujian keluar. Nabila berjalan gontai ke lapangan, entah apa yang dirasa gadis itu. Berbeda dengan Gea yang sekarang perasaannya sangat senang.

Hari ini panas, seperti biasa, topi yang dipakai Nabila pun tidak cukup untuk menaunginya karena Nabila barisan paling depan. Upacara segera dimulai. Namun, mata Nabila tertuju pada seorang lelaki yang sedang berdiri tegap berpakaian rapi serta lengkap. Izza namanya.

Nabila berbisik mendekatkan mulutnya ke telinga Gea, "Hari ini kelas IPA 1 jadi petugas ya?"

"Iya, coba liat ekspresi mereka semua. Datar semua kan? Sampai hari ini gue masih heran, di kelas IPA 1 jarang ada yang senyum."

Plak

Nabila memukul pundak Gea, "Syut!"

Pemimpin upacara memasuki lapangan upacara

Mata Nabila membulat ketika melihat Izza berjalan tegap ke tengah lapangan.

Kenapa harus dia jadi pemimpin ya Allah, susah nahan senyum jadinya.

Upacara sempurna, tidak ada satu kesalahan. Pantas saja kelas IPA 1 kelas unggulan. Toh, mereka disiplin semua.

Hasil ujian telah terpampang di papan pengumuman. Mereka bergumul untuk melihat hasil ujian mereka disana. Sesak. Banyak orang. Bau-bau keringat bercampur jadi satu, membuat Nabila pusing. Ia memutuskan untuk keluar dari gerombolan itu, menemui anak buahnya tengah melipat tangan dan kesal menunggu.

Tuan Arogan dan Putri Mawar (Komplit✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang