Izza memarkirkan sepeda di parkiran, hari ini sekolah agak sepi karena banyak yang belum datang. Sesekali ia menggosok-gosokkan tangan sebab dingin sembari berjalan menuju kelas. Cukup lega, Izza mendatangi kelas yang tidak ada satupun manusia didalamnya.
Yes! seru Izza dalam hati.
Akhirnya Izza mendapatkan kesempatan yang sangat langka ini, ia dapat mendengarkan musik lewat earphone-nya tanpa ada gangguan. Beberapa waktu berlalu, sekolah juga semakin padat, siswa-siswi mulai berdatangan.
Beberapa siswa mulai mengisi kekosongan kelas yang sedang ditempati Izza, ia hanya diam memainkan handphone tanpa menggubris orang lain.Devano Athalas. Sahabat Izza datang memasuki kelas dengan wajah datar, panggil aja Devan. Teman Izza yang satu ini adalah anak wakil ketua osis. Memiliki wajah tampan, bertubuh tinggi dan mempunyai gelombang rambut yang cetar membahana membuat siapapun melihatnya terpesona.
"Kenapa nggak sekolah kemarin?" tanya Devan menenteng tas lalu meletakkan di kursi.
"Urusan keluarga." Pungkas Izza.
Alah, padahal nikahan.
Lonceng sekolah telah berbunyi, beberapa siswa buru-buru memasuki kelas. Pasalnya guru di sekolah ini sangat disiplin dan tepat waktu, jika siswa terlambat masuk kelas, siap-siap kena hukum berjemur di lapangan atau mengangkat kursi di depan kelas selama satu jam pelajaran.
Selama jam pelajaran dimulai, Izza menyimak dengan seksama. Guru yang mengajar hari ini terkenal killer di semua penjuru kelas. Pandangan Izza dari papan tulis beralih melihat Nabila yang sedang berjalan bersama Mamahnya melalui kelas 11 IPA 1.
"Ngapain pake baju warna item? Lu pikir disini ada kematian!" ujar Izza bergumam sendiri.
Ternyata bukan Izza saja yang menyadari Nabila lewat, Devan juga. Bahkan Devan melirik Izza ke samping dengan tatapan penasaran. Ia ingin sekali bertanya pasal wanita yang berjalan bersama Ibu Izza, pasalnya Devan sudah mengenali keluarga Izza sejak kecil.
Semua penghuni kelas 11 IPA 1 tercengang kepada Nabila yang lewat. Tentu saja mereka agak asing dengan kedatangan Nabila yang memakai jubah serba hitam disertai dengan hijab syar'i yang membalut penampilannya.
Namun, itu hanya sebentar, guru killer berdehem ketika Nabila usai melewati kelas mereka. Mereka kembali tegak duduk dan menatap papan tulis, kedatangan Nabila kali ini cukup membuat Devan terkesan, walaupun ia tidak kenal dengan gadis itu.
Dia orangnya. Devan membatin.
🖤🖤🖤
Jam ke 3 sudah beralih menjadi jam ke 4, Nabila di suruh mertuanya untuk berkeliling sekolah mumpung belum waktu istirahat. Sementara itu, Rika tengah asik mengobrol dengan kepala sekolah mengenai urusan pindahan Nabila.
Seperti biasa, Nabila membawa jeruk di tangan untuk disantap jika ia sudah menemukan kursi panjang untuk bersantai. Nabila menatap setiap sudut ruangan yang bernuansa putih, tak disangka sekolah ini adalah sekolah top yang pernah ia kunjungi, bahkan ia akan bersekolah disini.
Setiap Nabila melewati kelas, penghuni kelas akan segera terpaku melihatnya. Bagaimana tidak? Nabila adalah orang baru disini, dirinya cukup menarik perhatian semua siswa disana.
Saat Nabila berjalan di depan perpustakaan, tak sengaja ia bertemu dengan Devan dan Izza. Mereka berdua tengah berjalan menuju perpustakaan untuk mengambil beberapa buku LKS. Nabila langsung menundukkan pandangan.
Allah Ta'ala berfirman,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Arogan dan Putri Mawar (Komplit✓)
أدب نسائي📌SEBELUM BACA FOLLOW DULU📌 Happy reading bestie Tiba tiba menikah, dan tiba-tiba tinggal satu atap dengan gadis tak di kenal, otak lemot dan tidak pandai dalam hal pelajaran. Tiada hari tanpa emosi bagi seorang lelaki biasa macam Izza. Bukan, mel...