26. Temanku berubah

75 21 1
                                    

Pagi ini terlihat Gea sedang berdiri di depan kaca mengenakan seragam Nabila. Bermaksud meminjam, toh nanti pasti Gea kembalikan, hanya untuk sementara karena saat datang ke rumah Nabila. Gea dalam keadaan pakaian terbuka seperti biasanya.

Baju putih lengan panjang serta rok panjang warna abu-abu sudah terbalut rapi di tubuh Gea. Awalnya Gea merasa risih, baru saja ia memakai baju panjang, dirinya sudah merasa gerah. Tapi ia berpikir, tidak papalah, toh dia sendiri juga yang mau berubah.

Nabila menepuk pundak Gea, "Heh ngelamun mulu! Mikirin apa?"

"Nggak ada apa apa kok," ujarnya.

Nabila membuka lemari dan mengambil hijab sekolah disana, karena Nabila punya hijab cadangan. Jadi bisa dipakai kapan saja.

"Gea! Nih kamu pakai hijab."

Mulut Gea kaku, "Gu gue ga ngga bisa pake hijab."

Nabila mengerjab.

"Pakein dong," sambung Gea lagi.

Nabila nyengir kuda, "Yaudah iya. Tapi ada yang kurang deh."

Alis Gea bertaut, "Apa?"

"Ciput. Fungsinya supaya rambut kamu ngga keliatan."

Tangan Nabila mulai menjamah kepala Gea, sangat berhati-hati. Nabila melipat segitiga hijab dan memakaikannya pada Gea. Sekilas Gea menatap wajah Nabila dan berpikir betapa beruntungnya ia bertemu dengan gadis ini. Tanpa Nabila, mungkin Gea akan tetap menjadi gadis berandalan seperti dulu. Alhamdulillah tuhan mengetuk pintu hatinya dengan bertemu Nabila.

Tak terasa, Gea melihat dirinya rapi dengan hijab di cermin. Wajah Gea begitu berseri serta bibirnya yang pink. Gea menutup mulutnya dengan tangan, tak percaya dengan keadaan sekarang. Dimana ia melihat dirinya berubah dalam sekejab menjadi gadis seperti Nabila.

"Wauu! Kamu cantik banget pake hijab." Lontaran Nabila membuat Gea menoleh.

Gea memegang tangan Nabila, "Bil! Makasih banyak. Lo baik banget sama gue." Langsung saja Gea memeluknya.

Nabila membalas pelukan itu lalu menepuk pundak Gea dan berkata, "Semangat!"

Gea menggigit bibirnya, "Bil, apa ngga papa gue pake hijab? Sedangkan gue orang ngga baik."

Nabila tersenyum, "Perkara hijab itu bukan dinilai dari baik dan buruknya orang. Nanti kita belajar sama-sama. Aku berhijab, tapi aku juga belajar."

"Oke lah."

Semua sudah siap, Nabila masih memasang sepatu, sementara Gea berdiri menunggunya dengan penampilan baru.

"Kita naik bus kan?" tanya Gea.

"Hm, kita naik sepeda aja, biar hemat," usul Nabila lantas berdiri membenarkan baju serta hijabnya. Gea disuruh menunggu saat Nabila mengambil sepeda. Karena sepeda Izza masih ada di samping sepeda Nabila. Pada saat Izza pergi, lelaki itu membawa motor, bukan sepeda.

"Ayo naik!" ajak Gadis mungil ini bersiap mengayuh sepeda dengan semangatnya yang membara di pagi hari.

"Lo turun. Gue aja yang bonceng lo!" ujar Gea memegang setang sepeda.

"Beneran nih?" Nabila ragu.

"Iya, udah cepet turun!"

Nabila menyarankan, "Kalau kamu cape bilang ya. Ntar kita gantian."

🖤🖤🖤

Di rumah Devan, Izza nampak ribet memakai bajunya yang sedikit kumal. Karena tidak biasa, pasalnya setiap pagi baju yang ia pakai selalu rapi dan licin. Devan sudah memasang dasi, sementara Izza masih sibuk mengancing bajunya. Lemot.

Tuan Arogan dan Putri Mawar (Komplit✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang