33. Strong woman

68 18 1
                                    

Aku sudah kehilangan satu cahaya
Dan sekarang aku kehilangan petunjuk jalan
Sejatinya, memang semua tidak ada yang utuh
Semua pasti pergi perlahan
Meninggalkanku seorang diri di sini
Duniaku runtuh, kawan.
Aku harus melepaskan orang yang aku cintai

–Nabila Eshal

"Hape aku mana?" Izza bertanya pada Audi sambil menadahkan tangan.

"Nih."

Audi menyerahkan kembali ponsel Izza yabg sudah habis baterai. Mana ia lupa membawa power bank. Mau minjam ke orang, tapi gengsinya seorang Izza tidak main-main. Ia memilih tidak sama sekali daripada minjam. Tunggu pulang ke rumah saja.

Bus mereka sudah sampai di lapangan sekolah, Izza perlu mendata sebagian siswa turun dari Bus. Sementara itu, Audi berdiri di belakang Izza dengan manja, mencubit-cubit pipi serta memainkan rambut Izza.

Tiba-tiba Audi mencium pipi Izza dari samping.

Cup!

Mata Izza membulat, semburat di wajahnya mulai terlihat. Izza malu sekarang. Padahal di sana banyak orang, tapi Audi cukup berani berbuat uwu di tengah lapangan.

"By, boleh ngga?"

Izza mendekatkan wajahnya, "Apa?"

"Aku mau sepatu."

Izza mengelus kepala Audi, "Iya, Sayang. Kapan nih?"

"Sekarang."

"Sekarang?" Izza ragu.

"Iya sekarang. Kan udah selesai juga. Coba liat ini jam setengah lima. Masih ada waktu buat jalan liat-liat sepatu."

Izza mengulum bibir, "Hm iya deh. Bentar, aku ambil motor dulu."

Setelah memenuhi keinginan Audi membeli sepatu, Izza pulang ke rumah untuk istirahat. Ia membuka pintu, tidak ada Nabila, Zaan pun juga tidak terlihat. Biasanya, Nabila akan meninggalkan pesan di kertas kecil, entah di balik pintu atau menempelkan di pintu kamar. Tapi, Nabila sama sekali tak ada menuliskan pesan di sana.

Izza masuk ke kamar dan langsung mencharger ponsel. Lantas ia mandi membersihkan diri dan langsung berbaring di kasur, sembari menunggu baterai ponsel penuh, alangkah lebih baik bagi Izza mengisinya untuk tidur.

Beberapa jam terjun bebas ke alam mimpi, akhirnya ia terbangun setelah magrib. Ia menyempatkan diri untuk sholat magrib sebelum menuju rumah Mamahnya. Ia berpikir, kemungkinan Nabila ada disana, atau masih di rumah Gea. Ia tak tahu.

Waktu pun berlalu, sepeda motor Izza sampai di area rumah. Bi Lala langsung menyambut, tapi sebelum membiarkan Izza masuk pagar, Bi Lala mewanti-wanti agar Izza tak keluar rumah selagi Rima dan Ardi belum pulang. Izza hanya mengangguk paham, dirinya memang lelah sekarang.

Sebelum melangkah ke rumah Izza sempat bertanya, "Bi, Mamah sama Papah mana?"

"Katanya ke rumah sakit Bibi denger kemarin. Tapi pas mau nanya mau jenguk siapa, eh taunya udah pergi." Bi Lala menjawab seadanya.

Akhirnya Izza masuk ke kamar setelah menaiki puluhan tangga. Ia kembali terjun ke kasur dan menyalakan ponselnya. Banyaknya panggilan dari Rima dan Nabila tidak ada lagi karena jari-jari Audi lah yang menghapus itu semua.

Izza heran, "Masa Mamah ngga nelpon selama gue pergi?"

Cling!

SMS dari Nabila masuk. Izza langsung membacanya.

Dari kadal betina:

Aku benci kamu, Za.

Izza menautkan kedua alisnya, "Apa apaan ni cewe ngga jelas banget."

Tuan Arogan dan Putri Mawar (Komplit✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang