52. Si pendek

83 16 0
                                    

Matahari belum menyapa, angin dingin menusuk tulang. Berani sekali Izza berdiri menunggu dingin-dingin begini, padahal belum pagi. Habis sholat subuh, ia tak berpikir mandi dan langsung meninggalkan Devan sendiri bersama yang lainnya.

Melihat ombak di pantai membuat pikiran tenang, kakinya leluasa menginjak pasir yang basah. Bahkan saat kemari, Izza berbaju lengan pendek dan tidak membawa jaket. Beberapa kali dirinya menggosokkan tangan.

Ada sesosok tangan menutupi seluruh punggung Izza dengan jaket yang tebal. Ia adalah Nabila. Izza terkejut melihat siapa yang datang.

"Eh, Bil! Kok subuh subuh gini-"

"Kamu kenapa ngga bawa jaket? Udah tau subuh begini harinya dingin." Potongnya lebih cepat. Ia beralih memandang air di depan matanya.

Izza mengulum bibir, "Lupa tadi." Izza cepat-cepat memasang jaket tebal itu dengan benar.

Mereka diam sejenak.

Izza membuka topik dengan wajah kaku, "Em aku mau jelasin kejadian malam tadi. Tapi kamu jangan marah ya, dengerin dulu aku ngomong."

Nabila menoleh ke lawan bicara, "Iya."

"Niatnya malam tadi mau nyuruh kamu datengin aku. Eh pas mau ngetik pesan, tiba-tiba aja aku denger suara Maria. Trus aku nanya dia kenapa, katanya kakinya sakit. Yaudah aku bantuin."

Nabila bertanya, "Namanya Maria?"

"Iya, Maria."

"Sejak kapan kenalnya?" tanya Nabila lagi. Dirinya seperti menginterogasi.

"Baru kemaren. Kamu marah ya?" Izza nyengir kuda.

Nabila cemberut.

"Ih kenapa?"

Ia memukul-mukul tangan Izza, "Kamu tuh kemaren ngomong sama dia sambil ketawa-ketawa gitu!"

"Aaa! Aaaa! Sakit, jangan mukul dong ah!" Izza menghindar.

"Jingin mikil ding ih!" cibir Nabila kesal.

"Lah omongan laki di olok olok! Sopan ngga kaya gitu?" Izza bercekak pinggang melotot ke bawah lantaran Nabila pendek.

Nabila menatapnya sengit, "Argh!" Tanpa basa-basi ia menginjak kaki Izza.

"Aaaa kaki gue!"

Mereka ribut subuh-subuh di tepi pantai.

Nabila melanjutkan emosinya, "Jangan kaya gitu ke cewe lain! Mau di lempar batu giok ha?" Tangannya tak berhenti memukul badan Izza.

"Aih! Pagi-pagi kok ngamok kayak bocah," Izza geram.

"Argh!! Mau ku kubur hidup-hidup? Ini pasir!" Nabila menunjuk ke bawah, menapak dengan kaki.

"Terus?" Alis Izza naik.

"Ngapain juga dia ngikutin kamu terus, kamu juga ngapain respon dia! Kamu-"

Cup!

Izza spontan mencium pipi kanan Nabila, mendadak pipi gadis itu bersemu merah. Ia berhenti memukul lelaki di hadapannya ini.

Tuhkan jinak! Izza membatin.

Nabila mengipasi wajahnya dengan tangan, ia malu. Gadis ini terdiam sejenak, ia mengalih pandang ke arah ombak yang menghantam batu karang.

"Udah ngomelnya?" Barinton Izza terdengar jelas.

"Udah," sahutnya singkat.

Izza semakin mendekat dan memeluk Nabila dari samping, "Aaa kenapa harinya dingin banget. Argh! Dingin."

Tuan Arogan dan Putri Mawar (Komplit✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang