21. Mendapat hadiah

86 19 1
                                    

Pagi ini jam setengah enam, seluruh tubuh Izza masih terbungkus selimut. Bunyi alarm mengagetkannya lantaran jam beker itu di atas nakas, jam itu bergetar serta berisik.

"Nabila! Matiin alarmnya dong! Berisik!" ujarnya.

Izza membuka mata, menyadari kalau Nabila tidak ada di rumah. Tangannya menyembul keluar dari selimut, lantas mengambil alarm yang berisik itu ke dalam selimut dan mematikannya.

Biasanya setiap jam setengah enam, baju, celana serta dasi sudah tergantung tepat samping tempat tidurnya. Hari ini beda, karena gadis mungil itu tidak ada.

Di sekolah, Izza berjalan dengan tampang dingin. Acuh dengan sekitar sambil mendengarkan lagu lewat earphone yang terpasang di telinga. Banyak dari para wanita melihatnya hingga memalingkan wajah.

Memang, Izza diberikan nikmat wajah tampan, otak cerdas serta pintar. Itulah alasan ia sombong. Tapi sombong sombong begitu, banyak yang suka. Satu sisi, tidak sedikit yang menyukainya karena gaya pacarannya dengan Audi. Itulah mengapa mereka sering dijuluki couple goals.

"Izza!" panggil Audi.

Izza mempercepat langkah dan tak merespon.

"Kamu masih marah kah sama aku? Maafin aku dong." Audi cemberut.

Audi bicara lagi, "Aku ada suprise loh buat kamu."

"Apa?" Akhirnya suara Izza terdengar.

"Aku dapat kabar dari pembina kalau tanggal 12 kita mountainering," ujarnya mendekatkan mulut ke telinga Izza.

Izza mendelik, "Mountainering? Kok aku ngga dikasih kabar?"

"Katanya hape kamu nggak aktif-aktif, jadinya aku yang dihubungin."

Izza bertanya, "Bawa rombongan dong?"

Audi mengangguk, "Iya, semua anggota pecinta alam wajib ikut."

"Oke deh!"

Audi tahu, sebesar apapun masalahnya. Solusinya adalah muncak ke gunung. Mereka berbaikan lagi.

"Masih marah nih sama aku?" Audi bertanya.

Izza menggeleng, "Ngga enak kalau kelamaan marah."

🖤🖤🖤

Di meja makan, Jodi menyodorkan sebuah kotak putih kepada Nabila, entah apa isinya. Nabila mendelik menatap melihat kedua orangtuanya sumringah.

"I-ini apa, Pa?" tanya Nabila tergagap-gagap.

Jodi tersenyum, "Ini hape buat kamu."

Nabila terkejut, "WHAT THE HELL!!? Bapa beneran?"

Jodi mengangguk, "Iya beneran, bukan kaleng-kaleng."

"Ini hape, Pa. Bukan kaleng." Mata Nabila datar.

"Gapapa kan, itu cuma hape Nokia jaman dulu. Sekadar buat telponan aja sama Ibu," ujar Erni.

Nabila cepat-cepat mengangguk, "Ngga papa, Bu. Hape kecil ini aja udah syukur! Mantep lah!"

"Alhamdulillah," ucap Erni dan Jodi bersamaan.

"Bu, nanti Nabila mau ke sekolahan."

Kedua orangtuanya berkata, "Buat apa?"

Tuan Arogan dan Putri Mawar (Komplit✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang