Nabila belum pulang ke rumah. Gadis itu tengah membeli obat untuk simpanan. Saat Izza tengah mengerjakan tugas, ia kehilangan penggaris. Sudah mencari kemana-mana tak kunjung ketemu. Akhirnya tidak ada pilihan lagi, ia membuka laci lemari Nabila dan dikejutkan dengan sebuah kotak hitam.
"Apa nih?" ujarnya penasaran, "buka ah!"
Plag
Kotak hitam itu terjatuh dari tangan Izza. Sebulir air mata jatuh hingga ke sudut dagu. Izza tak percaya ini. Apa yang Nabila simpan di kotak tersebut adalah sebuah foto berukuran 3×4 hitam putih. Foto lelaki yang berkaitan dengan masa kelamnya. Masa sekolah dasar.
"Rizal Afri?"
Mulutnya bergetar menyebut nama itu. Nama yang selalu ia panggil saat sekolah dasar. Nama dari orang yang selalu menemaninya seperti saudara sendiri. Akhirnya terungkaplah disini. Rizal Afri adalah sahabat karib Izza saat sekolah dasar. Bahkan satu bangku. Tapi, apa hubungannya dengan Nabila?
Triitt triit
Panggilan berbunyi. Izza mengangkat panggilan itu lambat.
"Izza, cepet ke rumah sakit, Papa kecelakaan!!" teriak Rima di telpon.
"APPHAAAA??"
Sesampainya di rumah sakit. Izza ngos-ngosan akibat berlari. Jantungnya berdebar kencang. Kenapa saat seperti ini Ardy mengalami kecelakaan.
"Mah, Papah gimana? Ngga serius kan? Ngga parah kan?"
Izza langsung menghujani Rima dengan pertanyaan. Sementara Rima hanya mengusap-usap rambut Izza sambil menangis.
"Doakan aja, Nak. Semoga Papah ngga serius lukanya," kata Rima.
Izza sangat tidak suka melihat air mata Mamahnya jatuh. Ia mengalihkan pandangan ke arah Nabila yang duduk terdiam frustasi, tatapannya kosong. Izza langsung menyemprotnya dengan amarah yang menggebu-gebu.
"LO KAN YANG UDAH BUAT PAPAH GUE JADI GINI HAH!!? NGAKU LO!! LO MUNAFIK!! LO BERMUKA DUA!! LO PENYEBAB INI SEMUA!! PERGI LO DARI SINI!! LO NGGA DITERIMA DI KELUARGA GUE!!"
"Tunggu, aku jelasin dulu!" Nabila berusaha memadamkan amarah Izza dengan bicara lembut.
"GUE NGGA PERLU PENJELASAN LU!"
Bagai ditusuk ribuan panah. Nabila meneteskan air mata. Memang benar. Perkataan Izza tidak salah. Ia yang menyebabkan Ardy tertabrak mobil. Nabila sangat stress dan frustasi. Kesedihan Rima bertambah ketika melihat Nabila menangis karena bentakan putranya.
"Izza, cukup!! Nabila ngga pantes nerima mulut pedas kamu!! Dia itu perempuan, Za. Ingat!" tegur Rima berjalan ke arah Nabila.
Belum sampai Rima meraih tangan Nabila, Nabila bangkit dari kursi dan berkata, "Iya, aku penyebab Papah tabrakan. Aku yang udah buat Papah masuk rumah sakit. Aku!!"
Rima memegang tangan Nabila, "Bukan gitu, Nak. Kamu ngga salah."
Nabila berkata, "Nabila salah, Mah. Semuanya udah terjadi. Sekarang Nabila mau pergi, Mah. Nabila terlalu malu liat Mamah sama Izza."
Izza menyeringai sinis, "Bagus deh lo sadar. Lo cuma pembawa sial di hidup gue!!"
Rima menarik tangan Nabila, "Jangan, jangan."
Nabila melepaskan tangan Rima lembut, "Izza yang nyuruh Nabila pergi, jadi Nabila pergi."
🖤🖤🖤
Mari kita kembali ke beberapa waktu sebelumnya. Nabila berjalan pulang dari apotek membawa kantong kresek hitam berisi obat-obatan, ia berjalan hendak mengambil sepeda di parkiran. Dan tiba-tiba ada lelaki paruh baya di seberang sana melambaikan tangan padanya. Itu Ardy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Arogan dan Putri Mawar (Komplit✓)
Literatura Feminina📌SEBELUM BACA FOLLOW DULU📌 Happy reading bestie Tiba tiba menikah, dan tiba-tiba tinggal satu atap dengan gadis tak di kenal, otak lemot dan tidak pandai dalam hal pelajaran. Tiada hari tanpa emosi bagi seorang lelaki biasa macam Izza. Bukan, mel...