38. HUT SMAN 1

79 17 0
                                    

Satu minggu berlalu, waktu yang singkat untuk liburan. Sekian lama tidak menginjakkan kaki ke sekolah. Akhirnya Nabila turun kembali. Ia balik kampung untuk berlibur. Sudah kebiasaan dari orok.

"Assalamualaikum." Nabila menyapa telinga seisi kelas. Mereka semua terkejut. Terutama Gea.

"Woy lu kemana aja?" Gea merengkuh Nabila.

Gadis ini malah terkekeh, "Pulang kampung."

"Woy lah si cantik udah nongol! Gimana liburan di kampung? Seru ngga?" kata Cibro kegirangan.

Nabila cepat-cepat mengangguk, "Seru banget!"

"Untung lu turun sekarang. Kalo ngga mampus gue." Erwin menyela pembicaraan mereka. Membuat Nabila penuh tanda tanya.

"Emang ada apaan?" Dahi gadis ini berkerut.

Gea menyela, "Astaga masa lu ngga tau sih, Bil!"

"Acara kelulusan sama acara HUT SMA sebentar lagi. Jadi ketua kelas sama wakil sibuk ngurusin siswa yang ikut lomba. Setiap kelas harus ikut lomba yang ada. Kalau engga, nanti denda." Dengan sangat detail Erwin menjelaskan.

"Kalau denda, gue yang bayar!" Sahut Kelvin membusungkan dada. Karena dia juga anak sultan, jadi ia anggap beramal.

Plak!

Cibra langsung memukul Kelvin, "Gue gibeng juga lu. Dendanya mahal tai. Mending ikut lomba."

Nabila mengacungkan jempolnya, "Mantab, Cib!"

Cibra menjawil hidung dengan tangannya sendiri. Merasa bangga.

"Yaudah, Bil. Mungkin hari ini ngga ada jam belajar. Kita ngurus dulu buat persiapan. Guru-guru juga lagi rapat, ngga mungkin hari ini masuk kelas, kita pergi ke ruangan osis dulu," usul Erwin segera pergi, Nabila mengekorinya dari belakang setelah mengangguk setuju dan meninggalkan mereka di kelas. Gea beserta kawan-kawan melambaikan tangan.

Di ruangan lain, ada seorang lelaki sibuk dengan lembaran kertas yang acak-acakan. Lelaki itu sejenak memijat kepala melihat meja yang dipenuhi kertas. Siapa lagi kalau bukan Devan. Ia selaku wakil osis dan beban tugasnya sebagai ketua kelas IPA 1. Miris.

Kemudian, Izza datang membawa sebotol kopi untuk minum Devan. Dia juga haus, perlu air. Untung Izza mengerti.

"Bantuin gue, Za," pinta Devan kewalahan.

"Bantuin apa gue?" Kedua alisnya terangkat.

Devan menarik napasnya, "Cari peserta yang ikut lomba di kelas. Pastiin semua lomba sudah diikuti. Kalo ngga, nanti kena denda, dendanya mahal."

"Oke, gue ke kelas dulu. Kalo udah, ntar gue balik lagi." Izza melenggang pergi setelah menyalami Devan sambil membawa beberapa kertas daftar lomba.

Izza berjalan menuju kelas, dan ia melihat dari jauh dua orang cowo dan cewe tengah berjalan tergesa-gesa. Izza mempercepat langkah. Matanya terbelalak ketika dua orang itu adalah Erwin dan Nabila yang sedang berjalan beriringan.

Seperti biasa, kalau berpapasan jangan saling sapa. Itulah janji mereka. Nabila tetap fokus walau ia menyadari Izza berjalan di sampingnya dengan arah yang berlawanan. Sama halnya dengan Izza. Pura-pura tidak kenal.

Erwin membuka pintu ruangan osis yang didalamnya ada Devan sedang merapikan proposal serta lembaran peserta lomba.

"Van!" Sapa Erwin menyalami Devan ala ala gaya anak jaman sekarang.

"Iya, Bro! Untung lu cepet datengnya." Devan membalas.

Nabila menyembulkan kepala, "Assalamualaikum."

Tuan Arogan dan Putri Mawar (Komplit✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang