"Oy bro" sapa Izza mengangkat kedua tangannya.
"Oy! Udah sembuh lo?"
"Udah."
Salaman ala laki-laki jaman sekarang, itulah yang dilakukan Izza dan Devan saat bertemu. Senyuman terpancar jelas di wajah Izza ketika melihat Audi yang asik main handphone sambil mendengarkan lagu.
"Van coba liat! Cakep kan Audi?" Izza bangga.
Devan geleng-geleng kepala, mengapa Izza yang biasanya dingin menjadi seperti ini. Kadang seseorang berubah tergantung suasana bukan?
"Eh Izza! Udah sembuh belum?" tanya Audi terkejut melihat kedatangan Izza yang menghampirinya.
"Udah," balas Izza, "kamu udah sarapan belum?"
Audi menggeleng, "Belum."
"Yaudah kita sarapan dulu, mumpung waktu masih ada dua puluh menit," ajak Izza. Ia memberi kode kepada Audi untuk memegang lengannya, mereka tersenyum ria.
Devan bergidik ngeri melihat mereka yang semakin menjauh. Waktu masih ada dua puluh menit lagi, mungkin ia akan memilih berjalan-jalan sebentar menikmati pagi, dan oh iya! Devan baru menyadari selagi Izza tidak turun sekolah, Nabila juga tidak terlihat.
Devan berjalan di koridor, sangat mudah baginya untuk menarik perhatian wanita. Tapi kali ini langkahnya terhenti lantaran melihat Nabila dan Gea berjalan bersama, Devan menghampiri dan menyapa.
"Nabila!" panggilnya.
Nabila menoleh bersama Gea, "Eh Devan!"
"Mau ke mana?" tanya Devan antusias.
Gea bersuara, "Mau beli pembalut, ikut?"
Plak!
Devan terdiam sesaat, sementara Nabila berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah. Ah kenapa di saat seperti ini mulut Gea berulah, semua jadi canggung.
"Nggak gitu juga konsepnya oncom!" Nabila menepuk pundak Gea.
"Loh, apa salahnya gue jujur?" Gea bertanya tanpa dosa.
Iya jujur, tapi gak gitu jugaaaa.
Devan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, matanya langsung beralih ketika melihat Izza dan Audi berjalan melewati mereka. Nabila ternganga, sedangkan Gea hanya datar dan berdecih.
"Segitunya gaya pacaran mereka." Gea membuka suara, mengalihkan pandangan Devan dan Nabila menatapnya bersamaan.
"Kalian terusin aja kalau mau beli itu, gue mau ke kelas dulu, by!" kata Devan melambaikan tangan dan membalikkan badan lalu meninggalkan mereka di tempat.
Sebenarnya Devan ingin mengobrol dengan Nabila pagi ini, tapi karena ucapan Gea lah yang membuatnya mengurungkan niat untuk lebih lama disana.
"Aduh! Kamu kenapa tadi jujur banget, alasan beli minuman kek." Nabila cemberut, sementara Gea tertawa kecil menanggapinya.
"Kamu baca doa ini 'Alhamdulillah, Allahumma a'la kulli hallin wa astaghfiruka min kullin zanbin' pahala zikir sepanjang haid, oke?"
Gea mengangguk, "Oke!"
Sementara di kantin, Izza yang asik berdua dengan Audi tidak memikirkan orang lain. Dalam waktu lebih tiga hari Izza tidak sekolah, Audi menjadi pemurung, wajahnya selalu datar di kelas. Dan saat ini Audi melempar pertanyaan kepada Izza.
"Kamu sakit, siapa yang rawat?"
Izza tersentak, matanya membulat, mencari-cari alasan ketika ia menyeruput minuman. Ia terdiam beberapa detik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Arogan dan Putri Mawar (Komplit✓)
Literatura Feminina📌SEBELUM BACA FOLLOW DULU📌 Happy reading bestie Tiba tiba menikah, dan tiba-tiba tinggal satu atap dengan gadis tak di kenal, otak lemot dan tidak pandai dalam hal pelajaran. Tiada hari tanpa emosi bagi seorang lelaki biasa macam Izza. Bukan, mel...