SILH 49

1.2K 139 10
                                    





•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Suara isakan terdengar bersahutan menambah kesan pilu memenuhi ruangan itu. Jaehwa memeluk erat tubuh berisi putranya yang selama ini ia rindukan. Begitu pun Jimin setelah mendengar penjelasan yang akhirnya membuat dirinya kembali merasakan bahagia.

Flashback

"Jaehwa, kita sudah bangkrut tak ada yang tersisa lagi. Maafkan aku."

Seorang pria paruh baya terduduk lemas di tepi ranjang di samping istrinya. Park Junghoon merasa kalut saat ia telah mendapat kabar dari sekretarisnya bahwa salah satu klien telah menipunya. Hingga membuat perusahaannya merugi sampai jutaan dollar dan akhirnya gulung tikar. Sungguh ia tak pernah menyangka semuanya terjadi dan sang istri Park Jaehwa hanya bisa menenangkan suaminya saat ini.

"Tenangkan dirimu, Oppa. Kita harus selalu tegar menghadapinya. Mungkin saja ini ujian dari Tuhan. Ingatlah Oppa, masih ada aku dan Jimin bersamamu kami akan selalu ada untukmu. Menjalani semua meski nantinya kita hidup serba kekurangan. Roda kehidupan terus berputar dan pastinya keadaan kita tak selamanya berada di bawah. Selalu berusaha dan kembali bekerja keras untuk mengembalikan semuanya." ucap Jaehwa tulus membuat Junghoon menatapnya dengan sendu dan tentunya merasa bersyukur memiliki keluarga yang tetap berada di sampingnya dan mendukungnya.

"Terima kasih sayang."

"Nde Oppa."

"Appa! Eomma!" pekik seorang anak laki-laki berusia 5 tahun itu berlari menghampiri kedua orang tuanya.

"Jimin-ah kemari sayang." ucap Jaehwa yang kini merentangkan tangannya.

Grep

"Eomma waeyo? Kenapa kalian terlihat sedih eoh?" ucap Jimin kecil yang kini berada dipangkuan ibunya.

"Tidak apa-apa sayang. Jimin bagaimana sekolahnya tadi?" Tanya  Jaehwa pada putranya yang entah mengapa tak mengalihkan tatapannya pada Appa nya.

"Asik, Eomma. Tadi Bu guru mengajarkan Jimin dan teman-teman bernyanyi."

"Benarkah? Wah jadi sekarang Jimin pandai bernyanyi?" ucap Junghoon yang kini mengambil alih tubuh berisi putranya.

"Aniyo, Appa. Jimin malu untuk bernyanyi. Tadi Bu guru menyuruh Jimin dan teman-teman bernyanyi di depan kelas, tapi Jimin bernyanyi nya sangat pelan karena takut." jelas Jimin sambil menunduk.

"Takut? Waeyo sayang?" Tanya sang ayah yang kini mengusap punggung putranya.

"Suara Jimin tidak sebagus teman-teman."

SORRY, I LOVE HIM ✔ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang