Chiang mai, Thailand.
Di sebuah gedung apartemen Baannoi nonmuan residence di kawasan distrik Mueang, Chiang mai lantai 7 nomor 307 tinggalah seorang pemuda mungil dan seorang pria tampan. Keduanya tinggal berdua tanpa adanya status meski si pemuda mungil itu tengah mengandung 3 bulan dan perutnya sudah tampak sedikit membuncit.
Sudah 2 bulan lamanya mereka tinggal satu atap tanpa ada perasaan lebih dari si mungil. Namun, berbeda dengan pria yang satunya ia kini memendam perasaan cinta pada si mungil sejak pertama kali mereka bertemu.
Kalian pasti sudah tahu siapa yang ku maksud si pemuda mungil dan si pria tampan itu? Ya.. Mereka adalah Jimin dan Jiyong.
Saat ini Jimin sedang memasak di dapur sedang Jiyong tengah berada di ruang tamu dengan tumpukan map dan kertas-kertas yang berserakan di samping laptopnya.
"Hum?" Jiyong menggumam sedari tadi saat ia melihat deretan huruf pada layar laptopnya sambil sesekali netranya beralih pada kertas di tangannya.
"Serius sekali? Daripada seperti itu terus lebih baik kau sarapan dulu." ucap Jimin sambil meletakkan beberapa makanan di atas meja makan.
"Sebentar lagi," ucap Jiyong tanpa mengalihkan pandangannya. Jimin berdecak kesal.
"Kau tak segera datang kemari, jangan salahkan aku jika berkas itu menjadi abu." ucap Jimin sambil berkacak pinggang menghadap ke arah Jiyong.
"Yah ... Minie-ya Jangan seperti itu. Kau tahu ini berkas penting."
"Aku tak peduli!" Jiyong pun segera beranjak dari duduknya dan berjalan menuju meja makan sambil menggerutu.
"Berhenti menggerutu atau sendal ku ini masuk ke mulutmu!" ucap Jimin sambil menunjukkan sendal rumah yang sudah ia pegang ke arah wajah Jiyong.
"Aish ... Dasar ibu hamil bawaannya marah-marah terus!" cibir Jiyong.
Plak
Plak
"Yak! Aww! Ampun! Minie-ya!"
"Berani mengatai aku lagi ...
"Oke ... Oke ... Nyonya besar, I'm sorry!" ucap Jiyong sambil menunjukkan dua jarinya membentuk huruf V pada Jimin.
"Sudahlah, sekarang cepat sarapan. Ah, iya, Hyung. Aku mau ke supermarket nanti siang." ucap Jimin sambil mengambilkan nasi beserta lauknya ke piring Jiyong dan miliknya.
"Untuk apa? Bukannya kemarin lusa sudah belanja keperluan bulanan ya?"
"Iya, hanya saja aku sedang ingin makan buah kiwi."
"Kenapa tidak di beli kemarin?"
"Ya, mana aku tahu kalau ingin makan buah itu?" ucap Jimin dengan bibir yang mengerucut.
"Oke, nanti aku akan mengantarmu."
"Eoh ... Tidak perlu hyung. Aku akan pergi dengan Tin hyung."
"Pria yang tinggal di apartemen 304 itu?" Jimin pun mengangguk.
"Um. Dia juga akan ke supermarket nanti untuk menemui Can hyung."
"Baiklah, Setelah itu segera pulang. Kau tak boleh terlalu lelah."
"Hum ... Tenang saja hyung hari ini aku merasa sangat bersemangat tak mungkin akan kelelahan." Jimin berucap dengan kedua tangannya yang mengepal keatas dengan senyum lebar hingga matanya menyipit. Jiyong yang melihatnya juga ikut tersenyum. Ia merasa yakin jika keputusannya untuk membawa Jimin ikut dengannya tidak salah karena ia dapat melihat perubahan dari pemuda mungil nan manis di depannya itu dari awal hingga sekarang. Kini dapat ia lihat betapa bahagianya Jimin saat ini dan seakan lupa jika mereka bukanlah siapa-siapa yang sedari awal saling tak mengenal dan di awal pertemuan mereka dikarenakan kesalahpahaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY, I LOVE HIM ✔ (Revisi)
Fiksi PenggemarJungkook adalah sahabat Taehyung sejak kecil. Jimin adalah pemuda manis yang telah dinikahi oleh Taehyung. Dan Jimin istri dari Taehyung yang tak pernah Jungkook ketahui. Karena sebuah ketidaksengajaan mereka akhirnya bertemu dan membuat Jungkook ja...