Ch. 17

4.6K 795 44
                                    

Not Ready to die, not yet!

Kebaikan itu bagaikan blok kayu

Yang dapat disusun dengan tinggi

Tapi ia akan menjadi lebih rapuh

Kebenaran itu adalah keadilan

Tapi orang-orang takkan mengikutinya

Lalu apa yang dapat menyelamatkannya?

-GIVEN

_________________________

Setibanya di rooftop, yang Pandu temukan hanyalah gelap tanpa sedikitpun penerangan dari atap gedung. Kecuali sinar remang dan pias dari papan iklan yang bergerak diseberang sana. Sebelum melangkah lebih jauh, Pandu melirik ke seluruh sudut, takut-takut ia dikerjai, saat berjalan ke depan Valdi malah mengagetinya dari belakang. Maklum, jantung Pandu tidak sekuat itu juga.

Namun saat menemukan Valdi yang duduk ditepi pembatas dengan Ferdian yang berdiri bersandar disampingnya seketika membawa cepat tungkai Pandu mendekat. Ferdian yang langsung sadar dengan cepat menarik Pandu, membawanya ke samping dan memberi kode bahwa ada yang aneh dengan Valdi sejak pertama kedatangannya kemari.

Tanpa memperdulikan Ferdian yang sibuk menjelaskan detail yang ia lihat, Pandu menarik ujung jaket Valdi pelan hingga sang empu menoleh. Pandu ikut memanjat kemudian, lalu duduk disamping Valdi yang tak lama kemudian kembali pada posisi sebelumnya. Melamunkan papan iklan dengan wajah wanita cantik dibalik setelan rapihnya, tersenyum manis seolah-olah Valdi terhipnotis kedalamnya.

"Gue tadi ketemu bapak lo," ujar Pandu tiba-tiba.

"Dia bilang apa?"

"Lo gak mau tau gue di apain? Gue di tawarin jadi boyband."

"Terus?"

Pandu terkekeh sebentar, namun terkesan dibuat-buat. Melirik Ferdian yang ikut coba memanjat namun gagal karena takut.

"Mau gak, Yan? Lo sama gue, jadi duo. Duo kuyang."

"Gak lucu, Ndu! Gelap banget ini!" Pandu tertawa pelan, kemudian kembali menatap Valdi yang kini ikut-ikutan membalas tatapannya.

"Ndu, gue mau nanya," tanya Valdi.

Meski hanya diterangi lampu papan iklan yang terlihat jauh lebih silau diatas sini. Pandu dapat melihat jelas api amarah yang membara-bara dimata Valdi. Sehingga iapun memilih diam menunggu Valdi bertanya.

"Waktu itu...gimana caranya lo bertahan?"

Pandu diam, keduanya pun ikut diam. Valdi dan Pandu membeku dalam tatap yang semu. Keduanya terkunci dalam situasi itu cukup lama. Ferdian mungkin anak yang punya rasa ingin tahu yang besar, dan ia juga sangat-sangat penasaran dengan cerita seorang Pandu yang memiliki senyum manis dan ceria yang pernah ia temui. Namun ia tau, bahkan dari penerangan remang-remang ini, bahwa Pandu berubah mendung namun sekaligus terlihat angkuh. Angkuh, seolah-olah ia memang sudah melawan kejamnya dunia yang menerpa.

"Gue bertahan dari apa dulu? Dari nyamuk? Dari ngoroknya Madam? atau bau ketek lo waktu nginep?"

"Nduuu!" bukannya Valdian, Ferdian malah mencubit lengan Pandu keras hingga membuat cowok ringkih itu mengaduh kesakitan.

"Gue kelihatan bercanda?" tanya Valdi kemudian. Rahang cowok itu mengeras, dan tiba-tiba saja ia berdiri diatas pembatas.

Jujur, Valdian itu punya sumbu amarah yang pendek. Anak itu benar-benar gampang marah.

The Day After April Come✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang