Ch. 30

5K 755 31
                                    

Senja Di Langit New Zealand

If you ever want me back, then your walls need breaking down
Cause here i am giving all i can
But all you ever do is mess it up

_____________________________

Memandang langit sore ditengah-tengah kota Auckland membuat Elang yang awalnya bersitegang dengan Jev tentang argumen keberadaan Pandu yang masih abu-abu secara ajaib hilang bersama secangkir teh hangat yang perlahan raib masuk ketenggorokannya. Namun meski sekuat apapun ia mencoba tenang, seindah apapun langit Jingga di kota terbesar New Zealand itu membuatnya kagum, suara dan wajah Pandu selalu terbayang dikepalanya. Seperti kotak musik tua yang berbunyi disudut ruangan dalam film horor.

Pandu pernah bilang begini di dalam mobil waktu itu, waktu ia mencoba menerobos kediaman Erwin yang dijaga ketat oleh satpam hingga berakhir melukai siku dan merusak ponselnya. Waktu Elang akhirnya berlari terbirit-birit dengan hanya menggunakan sendal rumah dan baju santai hanya untuk menyelamatkan Pandu;

"Lo bener, semua orang pergi dari gue."

"Apa gue pergi juga ya?"

Kalau tau rasanya kehilangan semenyakitkan ini, Elang mungkin akan menarik semua kata-kata kejam yang sudah terlanjur menancap dalam dihati Pandu.

Mengingat sekeras apa anak itu untuk bertahan benar-benar memukul Elang telak. Karena yang ia lakukan selama ini hanya menambah luka dan beban yang anak itu emban. Buku jurnal yang tergeletak diatas meja itu sudah ia tamatkan, dan Elang bingung bagaimana menggambarkan perasaanya yang benar-benar hancur berserakan. Hanya dengan memikirkan bahwa adik kandungnya yang berumur 18 tahun telah menyerah pada keadaan. Sialnya, ia lah yang membuat keadaan anak itu makin parah.

Dunia itu keras. Elang juga merasakan bagaimana dunia mencoba direnggut darinya, sehingga dengan segala keegoisannya akan dunia, ia membuang Pandu dan pergi dari anak itu, membiarkannya kesakitan sendiri tanpa tau bahwa ia sudah melewati yang lebih dari sakit.

Waktu Jev cerita soal Mang Tony yang masuk ke jeruji, yang ada dikepala Elang saat itu hanyalah keuntungan dimana rumah susun akan kehilangan peminat dengan kasus itu, tanpa tau bahwa Pandu dengan dunia yang sudah susah payah ia pertahankan rubuh. Jev bilang, Pandu menangis sampai pingsan. Saat itu, saking mati rasanya, Elang tidak mengerti seberapa terpukulnya Pandu. sehingga diwaktu-waktu selanjutnya, yang ia lakukan adalah memperdalam luka Pandu dengan mengatakan hal-hal jahat tentang orang-orang yang membantu Pandu tetap bertahan di rumah susun.

Tapi saat merasakannya sendiri. Elang merasa pantas menerima hukuman kursi listrik atau apapun itu ketimbang dibelenggu rasa penyesalan di setiap malamnya.

Elang menghela nafas pelan saat dirasa bendung dipelupuk matanya hampir tumpah. Ia lalu meletakan cangkir putih itu diatas meja, lalu kembali keruang tengah dan menemukan Jev yang masih berusaha menemukan nama Pandu Alfarras dalam maskapai penerbangan. Elang juga melakukan hal yang sama semenjak sampai hingga tadi pagi, namun karena Jevion kasihan melihat wajah Bosnya yang sudah mirip seperti Kakek-kakek umur 80an. Dengan senang hati ia menggantikan posisi Elang dan membiarkannya beristirahat sejenak.

"Menurut lo, dia ngapain pergi sampai sejauh ini?" tanya Elang. Pemuda pejabat HM Corp itu duduk lesu diseberang Jev sambil memandangi lukisan kota New Zealand dari pelukis lokal.

"Apa lagi? Dia capek. Gue kalau jadi dia gak akan kuat, sih. Lo pernah hilang arah gak? Menurut gue Pandu sampai dititik itu sampai-sampai dia kepikiran buat akhirin hidupnya sendiri."

"Dia sama Papa ke sini. Kira-kira dia diapain Papa ya?" Elang berdecak frustrasi sembari menyisir surainya ke belakang.

"Pertanyaan lo tolol banget," sahut Jev yang dengan tersenyum miring menggeleng-gelengkan kepalanya.

The Day After April Come✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang