Ch. 28

4.9K 801 45
                                    

Cerita diakhir Maret menuju April

Hey, should i pray?
To myself? To a God? To a savior who can

(⚠ : sad scene, trigger scene, trauma. Train Wreck-James Arthur playlist recommendations)

_________________________

25 Maret

Pandu Cuma anak yang baru berusia 18 tahun. Pandu Cuma anak-anak yang baru mendapatkan KTPnya tahun lalu. Pandu Cuma anak broken Home yang berusaha membangun 'rumah'nya sendiri. Pandu Cuma remaja yang berusaha memahami keadaan, berusaha beradaptasi dengan lingkungan, berusaha menerima semua takdir. Setelah Elang memilih memutuskan hubungan mereka untuk sekedar tau kabar masing-masing, yang Pandu tau itu Cuma menunggu dan bertahan.

Pada dasarnya memang dia masih anak-anak. Ia bahkan belum lulus Sekolah. Berjuang sendirian tanpa wali sah yang menemani hari-hari pertumbuhannya bukan hal yang mudah. Namun setidaknya ia berhasil sampai dititik ini.

Maka dari itu, meski ujung sepatunya telah sampai ditepi trotoar dengan rinai hujan yang membuat seluruh tubuhnya basah. Pandu tetap bangga, bahwa ia bisa sampai dititik ini sendirian. Pandu meremat dadanya yang tertutup seragam pramukanya yang sudah basah kuyup. Dadanya semakin terasa sesak saat melihat puluhan kendaraan lalu lalang dengan cepat, seolah rumah yang mereka tuju sedang berpindah-pindah.

Baru dua langkah, Pandu mundur lagi saat bunyi klakson mobil terdengar nyaring. Sontak membuat kedua kakinya bergetar. Matanya merah dan memanas, sudah ratusan bulir air mata jatuh kepipinya menyamar sebagai rinai hujan. Namun entah mengapa, dorongan untuk kembali maju ke tengah jalan raya semakin kuat. Namun sudah beberapa langkah, ia akan tetap kembali ketepi dengan seluruh tubuh bergetar saat klakson mobil mulai memekik.

Mama dan Papa berpisah, Elang pergi, Madam menghilang, Mang Tony dijeruji, dan bahkan fakta bahwa Papa ingin membuangnya pergi dengan imbalan uang, rasanya hidup beginipun tidak artinya.

Katanya hidup itu sebuah perjalanan, seberat apapun perjalanan yang ditempuh kita harus selalu ingat bahwa ada tujuan dimana semuanya akan membaik dan kita bisa berisitirahat sepuasnya.

Namun Pandu sudah lelah.

Untuk melanjutkan 'perjalanan' saja sudah lelah, kini tujuannya pun sudah tidak jelas.

Kata quote di twitter, kalau tidak ada tempat untuk bersandar, ada lantai untuk bersujud atau ada Tuhan untuk meminta pertolongan. Tapi siapa yang mau mengingatkan Pandu bahwa ia masih layak menginjak bumi?

Pandu baru saja ingin kembali mendekat ke tengah-tengah jalan raya, kali ini lebih mantap, bahkan meski berkali-kali suara klakson terdengar olehnya, anak itu tetap berjalan perlahan ke tengah jalan, menintin semua truk barang yang besar melaju kearahnya. Namun belum sempat sang supir membunyikan klaksonpun tubuh ringkihnya sudah lebih dulu ditarik ketepi jalan sebelum akhirnya seseorang berjas hitam memeluk tubuhnya erat.

"Pandu," panggilnya. Suara baritonnya menyatu dengan bulir hujan yang jatuh, juga menyatu dengan suara kendaraan yang melaju. Ada satu orang berlari kearah mereka dengan payung ditangan, namun pria berjas hitam itu menahan langkahnya untuk mendekat.

Pandu bingung, namun tidak kuasa menahan tangisnya saat orang itu sengaja membawa wajahnya bersembunyi dibahu bidangnya, hingga dengan mudahnya membawa semua yang Pandu pendam keluar dalam pecah tangis.

"Kenapa Pandu begitu?" tanyanya lembut. Pria itu mengelus rambut Pandu yang basah, tidak peduli dirinya sendiripun ikut basah kuyup.

Pandu tidak sanggup mengeluarkan kata selain menangis keras dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Seolah semua yang ia tahan selama ini akhirnya tumpah ruah bersama hujan yang turun malam ini.

The Day After April Come✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang