Ch. 29

4.6K 797 75
                                    

Berhasil Berjalan Bersama April

Kamu tidak hancur.
Kamu hanya sedang dibentuk.

_____________________________

Hujan di akhir bulan April kini terasa lebih pahit. Dengan rinainya yang seolah mengejek presensinya yang melamun ditengah kertas kantor yang menumpuk. Jika biasanya waktu menenangkan seperti ini akan ia habiskan bersama segelas Americano panas. Kali ini, Americano itu sudah mendingin. Uap yang mengepul telah lenyap diserap pendingin ruangan. Jangankan untuk menyesap kopi kesukaannya, Elang bahkan lupa jika ia punya segelas kopi diatas meja.

Hampir lima Minggu setelah Pandu menghilang, yang Elang pikirkan hanyalah bagaimana ia menemukan anak itu. ia sudah mendatangi sekolahnya, bahkan hingga kekursinya hanya untuk menemukan satu petunjuk. Kemudian mini Market dimana ia berkerja, pemilik koran, bahkan ia kembali lagi ke pabrik sebagai tempat dimana mereka kembali bertemu setelah sekian lama. Tidak lupa, Elang juga kembali ketempat itu, tempat yang pernah menjadi dunianya, rumah susun.

Penggusuran dibatalkan. Iya, tidak lagi ditunda atau bahkan dipercepat, surat perjanjian dan antek-anteknya Elang sobek didepan seluruh warga rumah susun. Untuk pertama kalinya, akhirnya Elang kembali bertemu dengan Madam. Gayanya masih mengalahkan ibu-ibu glamor, namun saat mereka kembali bertemu, ia tidak lagi seheboh dulu. Pria itu nampak lebih kalem dengan jeans selutut juga baju kaos yang di lapisi outer tipis.

Madam tau Pandu hilang. Elang juga tau pria itu menangis keras di dalam rumah Pandu. namun sekuat apapun mereka menangis dan menyesal, anak itu tidak kunjung kembali menampakan wajahnya yang sudah lama dirindukan.

Tiga hari yang lalu ia juga menemui Mang Tony, pria kekar bertato itu menggeleng pasrah saat ditanyai apakah Pandu meninggalkan pesan. Namun bukan petunjuk untuk dapat menemukannya, Mang Tony hanya bercerita dengan kalut bahwa terakhir anak itu ke jeruji, jiwanya tidak lagi sekuat karang. Bahkan batupun bisa terkikis bila dihujami setetes air terus menerus. Apa lagi Pandu yang sejak awal hanya berusaha kuat.

Elang kalut. Sejak kembali dari lapas, hidupnya sudah ia serahkan sebagai hukuman. Kalau Pandu menjalani hidupnya dengan begitu berat, rasanya tidak adil untuk tetap bersikap baik-baik saja. Setiap menelan makanan, ia akan teringat apa yang Pandu makan hari itu. setiap ia menegak minuman, ia teringat apa Pandu dapat minum hari itu. semuanya berbanding terbalik dengan apa yang sudah terjadi selama ini. Dan ia tidak lagi menampik, bahwa karma itu ada.

Kemarin ia didatangi anak yang duduk diatas kursi roda, dengan jaket biru muda yang Elang ingat jelas milik siapa. Ditemani senja oranye dan keunguan di atas sana, mereka duduk bersampingan diteras restoran Nek Ros. Rosalina saat itu tengah sakit, kata karyawan satu-satunya, biasanya Pandu akan kemari untuk sekedar membantu atau minta dibuatkan mie goreng bakso. Namun waktu tau anak itu hilang begitu saja, Nek Ros langsung jatuh sakit. Dan senja itu juga, ia mendengar lagi satu cerita, tentang seorang Pandu Alfarras yang berjuang hidup sebagai sebatang kara.

Setelah mendatangi semua orang, Elang baru menyadari bahwa Pandu yang kehilangan dunianya sendiri adalah dunia bagi orang lain. Sulit untuk menerima pula bahwa Pandu juga sudah menjadi dunianya, bahkan dari sebelum tragedi ini bermula.

Kesadarannya kembali saat salah satu karyawan mengetuk pintu, kemudian masuk dengan proposal baru ditangan. Sekarang ini, Elang tengah sibuk-sibuknya menata kembali fondasi perusahaan yang sempat goyah dengan pembatalan pembelian tanah rumah susun. Namun karena mereka dengan cepat mendapat kembali lahan strategis, Elang beruntung kembali mendapatkan ritmenya.

"Revisi lagi di bagian ini, nanti saya tanda tangani. Sudah minta pendapat Pak Erwin?"

Karyawan itu menggeleng pelan. "Pak Erwin sedang perjalanan keluar negeri. Sudah semingguan ini."

The Day After April Come✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang