prologue: April's Plan

19.2K 1.2K 41
                                    


Cuaca malam hari ini bisa dibilang cukup sejuk. Mungkin pengaruh habis hujan yang mengguyur Jakarta tadi siang. Membuat ruangan sempitnya menjadi lebih sejuk dari biasanya. Kipas kecil diatas meja masih berputar konstan, meski udara sudah lebih dingin, namun cowok dengan rambut hitam legam yang ujung rambutnya sudah menyentuh sedikit daun telingannya itu suka dengan suasana ini.

Malam hari, sehabis hujan, lalu bunyi kipas kecilnya diatas meja. Ditambah hari ini hari yang spesial. Hari ini adalah tahun ke-tiga dirinya resmi ditinggal sang Kakak. Tahun ke-tiga ia hidup sebatang kara, tahun ke-tiga merayakan ulang tahunnya seorang diri. Kendati sweet seventeen harusnya orang lain tunggu-tunggu, namun baginya ulang tahunnya ke-17 seperti mengoyak hati sendiri. Menyedihkan. Hari ulang tahun yang ia habiskan dengan membanting tubuhnya untuk bertahan hidup.

Baginya, 17 tahun dengan tahun-tahun sebelumnya sama saja. Tidak ada yang berubah sedikitpun. Hanya angkanya yang bertambah dan tubuhnya yang meninggi. Sebentar lagi tahun baru, sebentar lagi ia akan ulang tahun yang ke-18 di bulan April tahun depan. Cowok dengan mata cokelat gelap itu belum pernah membayangkan pesta ulang tahun dibulan april, kecuali rencananya untuk lenyap dihari ulang tahunnya sendiri.

Cowok itu mengetuk ujung pulpennya diatas meja belajar hasil buatan tangan Mang Tony khusus untuknya. Meja yang kayu-kayunya Mang Tony temukan dari sisa-sisa kayu bangunan tempatnya berkerja. Otaknya berkerja, beriringan dengan kerja pulpen ditangannya yang berputar cepat.

April's Plan;

1. Ketemu Papa

2. Ketemu Mama

3. Cari Kak Elang (kalau ketemu..

4. Mati

ia mengetuk pulpennya kekening. Berusaha menemukan ide bila suatu saat ia bertemu dengan Elang. Ia bingung, karena bila ternyata Elang masih menapak didunia yang sama dengannya, itu artinya keinginannya untuk mati akan hilang. Ia lebih memilih bersama Elang sampai waktunya ia benar-benar harus pergi kegelap yang panjang.

Elang adalah satu-satunya yang ia punya dimuka bumi ini. Itupun bila Elangnya masih hidup, bagaimana bila Elang sudah tiada karena kecelakaan pesawat atau ditabrak ojek saat sampai di bandara hingga saat itu ia tidak sempat mengabarinya? Mama dan Papa sudah cerai beberapa tahun yang lalu, sayangnya mereka tidak pisah dengan baik-baik. Sangat susah menghubungi kedua orang tuanya lagi, atau mungkin saja ia sebenarnya sudah dibuang.

Pandu Alfarras, kata biodata yang tertera dihalaman dan buku catatannya. Cowok yang tidak tau mengapa ia lahir kedunia, atau kenapa hidupnya jadi sebegini susah. Cowok yang belum sempat menanyakan arti namanya pada Mama atau belajar naik sepeda dengan Papanya itu tidak benar-benar tau bagaimana caranya disayangi oleh kedua orang tuanya.

Dia adalah satu dari sekian penghuni rumah susun yang paling disayangi penduduknya. Selain karena masih terlalu muda dan hidup seorang diri di dalam biliknya. Pandu adalah sosok teramah yang orang-orang ingin menjadi bagian dari keluarganya. Senyumnya manis setiap kali kau melemparinya senyum tulus, dan matanya seteduh beringin saat kau selami tatapnya. Dia punya seribu cara untuk membuat orang lain nyaman berada didekatnya. Mungkin dari itu, kendati disayangi Mama dan Papanya, ia justru disayangi oleh sepenjuru penghuni rumah susun, meski selalu ada 'bawang merah' dimanapun ia berada.

Merencakan mati dibulan April itu bukan rencana spesial, sih. Dia hanya tidak tau lagi harus apa setelah itu. ia sekarat berkerja hampir 16 jam sehari, atau bisa dibilang, tubuhnya bergerak 20 jam lebih, sudah ribuan tempelan pereda pegal yang bergantian mencium kulit punggungnya. Di tambah Elang tidak pernah lagi ia jumpai, setiap April ia selalu berusaha kerumah Mama dan Papa, namun keduanya selalu dalam suasana keluarga yang baik dan Pandu takut mengacaukannya.

Selama bertahun-tahun, Pandu nyaris menyerah. Mungkin ia mati saja tanpa menyelesaikan to do listnya. Bertemu atau tidaknya dengan Mama dan Papa seperti tidak ada bedanya, apa lagi mencari Elang? Apa ia hanya sekedar mencari alasan untuk tetap hidup?

Namun ada satu yang membuat Pandu enggan mencawai gedung pencakar langit, mencari laut atau jurang di Jakarta yang sesak oleh gedung ini.

Saat itu setelah menutup catatan berwarna cokelatnya. Ia bersiap untuk berangkat kerja paruh waktu dengan terburu-buru, jam 12 malam sudah lewat beberapa menit tadi, ia terlambat sampai. Mungkin partnernya saat ini tengah mendumel. Namun biarkan ia mendumel kesal sejenak, karena pandu terlihat kehilangan pijak saat bunyi nontifikasi ponsel pintar miliknya menghentikan langkah pelannya diatas aspal.

Pabrik HMC

|Kang Epis

Besok berangkat cepat ya teman-teman karyawan. Direktur kita, Pak Herlangga mau berkunjung.

Sebentar-sebentar...

Ada jutaan Herlangga didunia ini. Tidak mungkin orang itu kakaknya. Karena selama ini yang ia tau, pimpinan HMC adalah Pak Haling. Mungkin ada kesalahan mengetik dari Kang Epis.

|Kang Epis
Ayo buat Pak Herlangga jadi pingin naikin gaji kita xixixi

Pandu menggeleng cepat. Seiring dengan pesan-pesan lain yang berdatangan. Membalas dengan cenda gurau, kontras dengannya yang justru terpaku ditepi trotoar. Angin malam menghempas poni hitam legamnya. Matanya masih membaca satu pesan pertama dengan seksama bahkan berulang kali, hanya untuk memastikan bahwa Herlangga yang Kang Epis maksud bukanlah Herlangga Mandala.





Comingsoon

Mon. Oct. 26. 2020
©Dimplesfeel
______________________________

Halo. Selamat datang hehehe.
Cerita ini mungkin akan aku publish saat cover yang temen aku buat jadi wkwkwkwk.

So , c u on chapter 1!!

The Day After April Come✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang