Ch. 27

4.6K 770 63
                                    

ESCAPE

I've been looking in the mirror, trying to figure myself out.
I've been thinking where i went wrong.
But you're not here, so it's like daylight never comes.

____________________________

Tekanan sebagai seorang Kakak memanglah besar. Dan Elang terlalu naif untuk menyadari bahwa ia adalah Kakak yang buruk. Yang sudah meninggalkan saudara kecilnya sendirian luntang-lantung diamuk ombak lautan, diterjang angin topan hingga dilahap gempa. Elang terlalu apatis untuk menyadari bahwa adik satu-satunya sudah melebur dalam kegelapan dan berteman dengan merah. Saat semua orang dimatanya adalah orang jahat, disitulah Elang baru menyadari, bahwa Pandu Alfarras butuh dirinya untuk ia percaya.

Namun sayangnya, kata yang paling tepat untuk Elang dari awal adalah terlambat.

Karena untuk memperbaiki sesuatu yang telah rusak tidak akan kembali terlihat sempurna.

Kini, jangankan untuk mengemis maaf atau membawanya kembali.

Pandu Alfarras sudah hilang sejak 25 Maret.

Keberadaannya tidak ditemukan dimanapun. Meski begitu Elang masih sangat yakin adiknya masih hidup dan tengah bersembunyi di suatu tempat. Entah dimanapun ia berada, Elang hanya berharap anak itu makan dan hidup dengan baik.

Ditambah tidak ada satupun barang yang anak itu bawa. Ponsel, tas bahkan sepatu. Pandu benar-benar lenyap secara tiba-tiba, seolah diserap lubang hitam.

Kemungkinan besar, anak itu pergi dengan hanya membawa seragam pramuka yang masih melekat dibadannya juga sepatu sekolah hitam satu-satunya.

Ketimbang kalah tender saat rapat para pemegang saham. Elang jauh lebih kacau saat tau Adiknya menghilang tanpa jejak. Meninggalkan semua barang-barang penting miliknya, termasuk jurnal cokelat dengan pulpen Merk standar yang terselip disela-sela halaman dimana terakhir ia menuliskan kata. Atau lebih tepatnya, rencana. Rencana yang berhasil membuat dunia yang ditapaki Elang rubuh dan hancur hingga serata tanah.

Valdi adalah anak pertama yang dijumpainya setelah keluar dari rumah Papa. Dengan baju putih abu-abunya ia berlari sekuat tenaga dan menerobos pagar rumah disusul anak lain dengan wajah campuran.

Elang tidak tuli untuk mendengar rutukan singkat dari bibir anak itu saat tau orang yang ia cari tidak ada. Hela nafas pasrah keduanya terdengar saling bersahut-sahutan. Bersamaan dengan geraman gelisah yang anak dengan nametag bordir yang dicetak dengan nama Valdian Zairus besar-besar.

"Ro...rooftop! rooftop Yan!"

Anak yang satunya lagi memandang langit-langit yang mulai menggelap. "Lo yakin Pandu ke sana?"

Valdi mengacak rambutnya frustrasi, lalu menggeleng. "Gue Cuma mikirin kemungkinan. Gue takut dia beneran ikutin rencana bulan aprilnya."

"Tapi inikan belum April?"

"Makanya! Kita Cuma punya tiga hari lagi, setelah itu fifty-fifty atau bahkan kita gak sempat lihat muka dia, Yan!"

Elang termangu dengan tangan mengambang didepan pintu mobil saat hendak membukanya. Kedua anak itu masih berjongkok dengan wajah frustrasi didepan pagar Papa dan Elang tepat diseberangnya. Buku jurnal cokelat dengan ketebalan sedang itu perlahan ronyok karena rematan Elang.

Apa Pandu seputus asa ini juga?

Apa yang ia pikirkan saat berencana pergi dari semua orang?

Ke mana ia sebenarnya?

Apa ada kemungkinan ia diculik?

Elang berdecak marah. Melirik dua anak yang mulai berlari lagi menuju mobil lain diujung jalan. Elang ikut-ikutan masuk ke mobil dan membuntuti Fortuner hitam didepannya dengan harapan yang sama. Bahwa mereka akan menemukan anak itu segera, bahwa mereka akan menyelamatkan anak itu tepat waktu.

The Day After April Come✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang