Ch. 24

4.3K 794 31
                                    

April Plan

Don't go anywhere, Pandu!

________________________________

Pandu kembali saat hari semakin gelap, dengan rembulan yang bersembunyi dibalik awan hitam. Efek sisa-sisa hujan deras tadi yang mengguyur setengah kota. Dan saat decit nyaring pagar yang ia geser bergema disepanjang halaman, saat itu juga dengan bantuan tongkat, Bara berjalan tertatih menggapai bahu Pandu yang tinggi sedikit darinya.

Anak itu melebur, seperti biasa, menumpu semua berat badannya pada Pandu dan percaya bahwa laki-laki itu tidak akan membiarkannya jatuh ketanah.

"Bara kira Bang Pandu gak pulang. Ini udah jam 11 lho!" ujar Bara penuh dengan nada cemas.

Pandu tersenyum tipis, lalu mengacak rambut adik tirinya lembut. Sedangkan Bara hanya diam, karena sentuhan jemari Pandu memang lembut hingga dirinya ikut terbuai. Meski rasa takut itu masih terus membayangi malam kelabunya. Takut bila Pandunya tiba-tiba pergi dan menghilang. Atau terlambat pulang seperti hari ini. Akan sekelabakan apa Bara dibuatnya.

Pandu akhirnya membantu anak itu kembali bertumpu pada tongkatnya lalu berjongkok didepan kedua kaki Bara yang kini terihat jauh lebih berisi dari beberapa bulan yang lalu. Apa lagi saat pertama mereka bertemu, bukan hanya kakinya yang terlihat lemah, sorot matanya bahkan terlihat mati.

Cowok yang rambutnya mulai memanjang itu mengusap kedua kaki Bara lembut dengan tatapan mata yang rumit. Anak itu hanya mengusapnya lalu bernafas dengan teratur.

"Ayo, cepat sembuh. Biar adikku bisa jalan-jalan!"ujarnya kemudian, tak pelak membuat Bara merona karena senang dengan kata-kata manis yang Pandu lontarkan.

"Ayo masuk, diluar dingin. Jaketmu mana? kenapa jam segini belum tidur?"tanya Pandu beruntun. Dengan telaten membantu Bara bergerak dari halaman hingga keduanya lenyap dibalik pintu.

"Bara gak tenang Bang Pandu belum pulang, sampai jam segini lagi. Bang Pandu ke mana aja, sih?"

"Cuma jalan-jalan kok," jawabnya.

Namun senyap yang Bara kirim justru membuat Pandu berhenti menuntun langkahnya menuju kamar sang Adik tiri. Mereka sama-sama mematung ditengah-tengah ruang dengan Bara yang menunduk dalam.

"Lho, kok tiba-tiba sedih, Pak?" tanya Pandu berusaha mencairkan suasana.

"Pingin deh nemenin Bang Pandu jalan-jalan keliling Jakarta," Bara berdecak sambil menendang angin dengan gerakan kecil yang ia bisa.

Pandu sontak tertawa, lalu mengacak puncak kepala Bara, "Makanya harus rajin terapi. Dikit lagi kok ini, keliling Jakarta kan? Kalau bisa keliling dunia! Keliling pasar juga bisa kamu, Bang Pandu ajarin jualan cangcimen nanti."

Senyum dibibir Bara akhirnya terbit. Ia benar-benar ingin sekali menjangkau tubuh ringkih Pandu yang berdiri memapah dirinya disamping. Namun pakaian yang setengah basah dipundak Pandu berhasil memberikn sensasi tidak nyaman, kendati membuat Pandu merasa dikungkung perasaan melankolis, ada baiknya Abang eksayanagnnya itu mandi dan istirahat hingga bila mentari di esok pagi menyapa, wajahnya tidak lagi sepucat ini.

Namun tiba-tiba saja ia teringat akan sesuatu. Anak itu melirik Pandu sejenak yang tengah membantunya berjalan menuju kamar. Dan saat Pandu mulai membopongnya naik keatas tempat tidur dan segera beranjak pergi saat tubuhnya sudah dibalut selimut sempurna.

"Bang Pandu."

"Kenapa, Bar?"

"Tadi dicari Kak Elang."

The Day After April Come✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang