EPILOGUE

6.5K 713 127
                                    

The Day After April Come

One day, you will experience joy that match this pain.

______________________________

Setelah lima kali April di London, Inggris.

Langit negeri putih hari ini lumayan cerah, gumpalan kapas putih yang mengambang di angkasa terlihat menggoda insan dibumi untuk melihat birunya langit siang ini. Jutaan penduduk London kini tengah berlalu-lalang di pusat kota, mengejar jam makan siang di tempat yang nyaman. beberapa masih sibuk dengan perkerjaan dan kesibukannya.

Berbeda dengan sebagian penduduk Inggris yang tengah tumpah ruah di jalanan Ibu kota, Herlangga justru duduk dalam aula besar dengan jas yang berkilau dan wajah yang penuh dengan wibawa dan rasa bangga. Ia menggenggam jemari wanita manis asal Indonesia yang juga berkerja keras meniti karier di Inggris, bukan pertemuan dramatis, namun semuanya dirancang manis oleh Tuhan dan Elang melabuhkan hatinya dimilik gadis manis yang biasa ia panggil Erin.

Wanita manis disampingnya tersenyum simpul saat genggaman kekasihnya mengerat, perasaan emosional meledak di dalam dadanya. Erin dapat merasakan dentumannya.

Satu-satu nama dipanggil berbaris naik ke podium. Adiknya ada disalah satu penerima gelar Master of Studies in Social Innovation dengan jerih payahnya selama empat tahun mengemban ilmu di ­University of Cambridge . Perlu melewati banyak drama untuk meyakinkannya menyelesaikan studi, namun bukan Elang yang membantunya keluar dari masalah yang ia ciptakan, justru orang-orang yang ia tinggalkan menjadi motivasi terbesarnya saat meggarap tugas akhir yang melelahkan.

"Pandu Alfarras."

Elang spontan berdiri dibangku dimana barisan orang tua dan perwakilan duduk dengan senyum dan tangis bangga. Elang tidak pernah merasa sebangga ini saat melihat wajah tenang sang adik saat berjalan untuk menyalami rektor fakultasnya. Mengingat seberapa banyak usaha yang ia kerahkan untuk sampai dititik ini.

Saat cowok itu turun dari podium dengan wajah lega dan memegang gelar sarjananya, ia melirik sang Kakak yang terharu diatas kursi penonton kemudian tersenyum manis seraya melambaikan tangan sebelum akhirnya buru-buru kembali ketempatnya.

Erin yang sedari tadi digenggam erat oleh Elang tertawa pelan, berusaha membuat kekasihnya tenang. Mengusap sisa air mata yang jatuh dengan sapu tangannya. Ada rasa syukur yang begitu besar saat Erin menatap netra teduh milik Elang, karena selain rasa bangga, ia juga bersyukur karena Tuhan akhirnya membiarkannya merengkuh Pandu hingga ia keluar dari dunianya yang gelap.

***

"Karena perwakilannya dibatasin, Papa sama Mama gak bisa lihat Pandu selebrasi diatas podium," ucap Joana. Iya, wanita anggun itu berubah menjadi seperti ibu-ibu Asia yang cerewet, tukang merajuk, dan over protective semenjak Pandu resmi menjadi putranya.

"Pandu gak selebrasi kok, cepet banget tadi, dipanggil terus turun lagi," jawab Pandu sembari menerima potongan daging oleh Joana kepiringnya.

"Pandu ambil S2 dong, biar nanti pas wisudanya Mama sama Papa yang wakilin," katanya sambil lagi-lagi menaruh hidangan lain diatas piring putra bungsunya.

Pandu tertawa saja, membiarkan gema tawa sang kepala keluarga menggema diruangan privasi restoran yang Erwin pesan khusus untuk merayakan hari kelulusan Pandu. Sendok, garpu dan pisau diatas piring sejenak mengambil alih kegaduhan yang sempat dibekuk sunyi. Satu keluarga itu sibuk menghabiskan makanan mereka diatas piring.

"Ngomong-ngomong, aku tadi nahan ketawa. Kakak nangis ya?" tanya Pandu. Joana lantas terkejut, begitupun dengan Erwin. Pemuda cuek itu mana bisa menangis pikir mereka.

The Day After April Come✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang