ch. 12

4.9K 805 11
                                    

Satu Saudara yang Disatukan kembali.

Bila tau hadirmu hanya sebagai pisau yang membelah kembali luka lama, harusnya dari dulu aku hanya membiarkan luka itu mengering tanpa mengharapkan dapat melihat dunia bersamamu.

________________________

Pandu baru saja menapaki gerbang pabrik kemudian akhirnya menyadari Mas Erik yang berdiri dengan cemas bersama Kang Epis. Bahkan dari raut wajahnya Pandu sangat yakin pria kurus itu akan segera menangis bila tidak mampu lagi ia tahan.

Kendati mendekat, cowok dengan manik cokelat gelap itu diam sejenak di depan pabrik, sambil berusaha menguping pembicaraan.

Dengan tangan bergetar, Mas Erik menutup wajahnya frustrasi. Pandu tau Mas Erik ingin segera melihatnya, namun entah mengapa kakinya malah membeku di sini sambil mendengar bagaimana Mas Erik menyesali tindakannya mematikan ponsel tempo hari.

"Aku gak tau Aryo bakalan nekat temuin Pandu. Ya Tuhan, aku gak percaya sama apa yang dia lakuin ke Pandu," lirihnya dengan getar halus di setiap kata-kata yang lolos dari bibirnya.

"Yaudah, Pandu juga udah gak apa-apa. Bentar lagi dia datang, kamu ngomong langsung aja sama dia," ujar Kang Epis sambil mengelus punggung Mas Erik pelan, ditengah getirnya suara yang ia dengar Mas Erik hanya dapat mengangguk pelan tanpa bisa menutupi rasa bersalahnya.

Pandu akhirnya menghela nafas panjang sebelum memilih masuk ke pabrik. membalas tatapan Kang Epis dan Bang Markus bergantian sebelum akhirnya maju memeluk Mas Erik yang masih sanggup menutupi wajahnya sambil menunduk dalam.

Benar saja kata Pandu. Cowok kurus yang tinggi sedikit dari Pandu itu menangis tepat setelah merasakan hangat yang melingkar didada hingga punggungnya. Pelukan Pandu mengerat, seiring elusan lembut dipunggung Erik yang membuatnya semakin kuat memecah tangisnya, kontan membuatnya memeluk kepala Pandu masuk lebih dalam keceruknya. Pandu terlalu hangat, nafasnya yang teratur diceruknya mampu membuat hati yang sebelumnya terasa sesak dan penuh mendingin dan melegakan. Pandu terlalu berharga untuk Erik.

Tidak ada yang tau semengamuk apa Erik waktu tau Pandunya menjadi pelampiasan kemarahan Aryo. Tidak ada yang tau sejauh mana Erik berusaha melindungi Pandunya dengan menelpon polisi, bahkan berniat membunuh Aryo bila seseorang tidak memegangnya dipertemuan mereka. Pandu adalah satu dari tempat tertenangnya. Tidak boleh ada satu tanganpun yang boleh melukainya.

"Pandu gak apa-apa, Mas," ucap Pandu akhirnya.

Detik itu, setelahnya Pandu membawa Erik ke ruang karyawan dan membiarkan Erik menenagkan dirinya. Laki-laki itu sudah terlalu berantakan. Ia mengelus kepala Pandu sembari mengeringkan sisa-sisa tangis dipipi. Pandu diam saja, karena paham betul Mas Erik itu sesensitif apa, selembut apa.

"Aryo pukul kamu dimana aja?" tanyanya kemudian setelah melihat robek kecil disudut bibir Pandu, juga gurat merah disekitaran lehernya akibat rematan kuat Aryo dikerahnya semalam, manik Erik berair lagi.

Pandu menunjuk pipinya. "Disini aja, cuma dua kali kok. Gak apa-apa, Pandu mah."

"Mana Mas lihat?" katanya sambil memiringkan wajah Pandu. Erik lagi-lagi merasa bersalah saat melihat bagaimana warna kemerah-merahan bercampur ungu itu meruam dipipi Pandu. Pasti kuat sekali.

"Yakin Cuma di sini?" tanyanya sekali lagi. Pandu diam sejenak, namun kemudian hanya tersenyum tipis sambil mengangguk yakin.

"Maafin Mas Erik, ya, Ndu. Lain kali Mas gak akan ngilang lagi kalau berantem sama Aryo. Kali ini dia keterlaluan banget, Mas gak bisa lagi nahan buat gak dulu ketemu sama dia."

The Day After April Come✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang