ch. 5

5.6K 870 73
                                    

DUNIA YANG BERHENTI BERPUTAR

Hei, esok yang seperti apa yang harus kucari di kota ini?

-Fuyu no hanashi

_______________________

Biasanya ia bersih-bersih di pabrik itu mulai dari pukul sembilan malam. Tapi karena ini masih awal, dia habis ngacir ke masjid terdekat untuk sholat dan berdoa agar misinya hari ini berjalan dengan baik.

Sambil menenteng kantong berisi serenteng sampo dan dua sabun batangan disana. Pandu berjalan santai masuk kearea teras perusahaan yang terlihat mengkilap. Lampu-lampunya yang kelap-kelip sempat membuat Pandu pusing. Baru saja kakinya akan masuk menginjak lantai lobi, satu satpam yang sedari tadi memperhatikannya dengan serius merentangkan tangan-menghalangi langkah Pandu untuk masuk lebih dalam.

Pandu menarik kantong yang melorot hingga kepergelangan tangannya karena sedari tadi ia gelangkan hingga siku. Membalas tatap satpam yang galak dengan tatapan teduhnya.

"Pak Elangnya ada?" tanya Pandu sopan. Satpan itu mengernyit kebingungan.

"Gak ada. Gak ada yang namanya Elang di kantor ini!" jawabnya tegas.

"Err..maksud saya, Pak Herlangga."

Kemudian satpam itu meneliti penampilan Pandu dari atas ke bawah berulang kali sambil berbicara dengan orang lain menggunakan walkie-talkie nya. Mengingatkan Pandu dengan tukang bakso didepan gang yang juga menyimpan walkie-talkie . hm. Wajar sih beliau bingung. Siapa sih anak muda yang menggunakan celana pramuka dan baju kaos oblong ditutupi jaket warna biru langit yang mau menemui bos besarnya?

"Sudah buat janji?" tanyanya. Pandu diam sejenak, kemudian mengangguk samar.

"Yakin?" kemudian Pandu akhirnya menggeleng karna sudah tidak enak hati.

"Tapi saya ada perlu sama pak Herlangga!" satpam itu menggeleng.

"Om ada nomor hapenya Pak Herlangga gak kalau begitu?"

"Duuh, dek. Itu bukan kerjaan saya. udah sana, pulang. Besok sekolah! Masih aja keluyuran jam segini!" Pria berseragam satpam itu mendorong Pandu menjauh dari pintu utama karena sudah menghalangi beberapa karyawan yang keluar-masuk.

Pandu mengintip jam diponselnya. Masih ada satu jam lebih untuk kembali ke pabrik, dan ia masih bertekad untuk menemui Elang hari ini. Cowok itu mundur kembali menghadap satpam yang sudah membolehkan matanya jengah.

"Apa lagi?"

"Itu...Pak Direktur pulangnya biasa jam berapa?" Satpam dengan kumis tipis itu menghela nafas.

"Beliau gak punya jam pulang. puas?"

"Maksudnya?"

"Ya dia bisa seharian di kantor atau Cuma sejam di kantor. Terserah dia."

Pandu berdecak kesal. Berarti ada kemungkinan Elang sudah kembali ke kediamannya. Matanya melirik langit yang menghitam. Angin bertiup lebih kencang. Hujan lagi? pikirnya. Meski belum ada tanda-tanda seperti gerimis. Namun anginnya terlalu dingin hingga mampu menembus jaket biru langitnya

"Pak?" Panggil Pandu kepada satpam itu lagi. sedangkan yang dipanggil mendengus kesal  benar-benar muak.

"Apa lagi?!" sentaknya.

"Kalau ketemu Pak Herlangga, bilangin dicari Pandu ya. ingat, PANDU. P-A-N-D-U."

"Iya..iya! Pulang sana!"

Pria paruh baya itu mendorong bahu Pandu lebih jauh keujung teras lobi yang luas. Sedangkan Pamdu mulai jalan mundur, masih berusaha mengintip isi lobi perusahaan.

The Day After April Come✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang