"Gue suka sama lo."
"Hah?"
"Gue. Suka. Sama. Lo." Lelaki itu mempertegas ucapannya.
Gadis yang berdiri di hadapannya, menggelengkan kepala tak percaya. "Kok bisa?! Dari kapan?!"
"Kemarin."
Gadis dengan rambut tergerai itu melongo. "What?! Dari kemarin dan lo langsung ngutarainnya?"
Lelaki itu berdeham pelan lalu berucap, "Gue ga suka mendam perasaan. Jadi gue langsung bilang ke lo. Lo mau jadi pacar gue atau gak?"
"What the?! Cuma gini doang cara lo nembak cewek??"
Lelaki itu menghela nafas pelan. "Gue gabisa romantis kaya bokap gue. Jadi lo tinggal jawab aja. Mau apa engga. Biar to the point."
"Emang gimana ceritanya lo bisa suka sama gue? Latar balakang sifat kita aja beda jauh. Gue kira cewek idaman lo itu yang pinter Matematika, Fisika, dan Kimia, eh ternyata yang pinter membangkang. Langka sih cowok kayak lo."
"Apa itu pembukaan buat nolak? Fine." Lelako ber-nametag Ketua Osis itu berbalik badan dan beranjak pergi meninggalkan gadis yang baru saja ia tembak. Tembak cinta maksudnya.
Gadis itu tak berkutik, dia hanya menatap punggung lelaki yang barusaja menyatakan perasaan kepada dirinya. Lalu, sebuah ide cemerlang melintas begitu saja diotaknya.
"Dia kan ketos, dan gue sering dapet hukuman dari dia. Hm.. Kayaknya kalo gue terima dan kita pacaran, dia pasti gak bakal tega ngehukum gue lagi. Eureka! Bodo amat soal cinta, yang penting poin gue aman!" Gadis itu langsung berlari mengejar cowok tadi.
"Gue mau jadi pacar lo!! Mulai detik ini kita pacaran ya!" teriak gadis itu dan berhasil membuat lelaki tadi berhenti melangkah.
Perlahan senyuman lelaki itu mulai terbit, dia pun berbalik badan dan tersenyum tulus. "Thanks."
"Hah? Itu aja?!"
"Makasih udah mau jadi pacar gue, Avanna Calesthane."
"Bego lo! Ga pernah punya pacar pasti nih. Kasian bokapnya sugar daddy tapi anaknya skill micin soal hubungan. Gimana mau bikin baper coba?"
Lelaki itu menatap bingung kearah gadis yang masih berdiri di jarak kurang lebih dua meter dengannya. "Maksud lo apa? Ucapan lo ambigu, gak jelas."
Sepertinya gadis itu mulai jengah dan memutar bola matanya malas. "Nggak! Jadi sekarang kita pacaran, nih?"
"Iya."
"Udah tau belum tugas pacar ke pacarnya itu apa?"
Lelaki dengan bola mata cokelat yang indah itu mengangguk tak yakin. "Udah. Kenapa?"
"Udah tau gaya pacaran kaya apa?"
"Pacaran harus ada gayanya juga? Aneh lo. Pacaran ya pacaran aja kali."
"Gila, dapet pacar punya otak seperempat sendok nyamnyam doang soal pacaran. Au ah!" Gadis itu menghentakkan kakinya kesal dan langsung melenggang pergi dari sana.
Lelaki yang baru saja sah menjadi kekasih gadis tadi langsung menautkan alisnya karena bingung. "Omongan dia aja yang ambigu."
*****
Hello! Makasi banyak karena kalian udah mampir ke cerita ini!!💕
Semoga bagian Prolog ini bisa membuat kalian tertarik untuk menunggu part berikutnya😊
Jangan lupa Vote dan Komentar ya guys, dukungan dari kalian itu sangat sangattt berarti💜
See ya !!!
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Boy [End]
Teen Fiction"Serius mau dicium?" "I-iya.. Biar gue bisa dengan bangga nyebar pengumuman kalo first kiss ketos mereka diambil oleh seorang Ava!" "Tiga puluh menit, cukup?" "WHAT?!" *** Bagaimana perasaan kalian jika seorang ketua osis yang tak berpengalaman deng...