12. I Like Her?

9.6K 504 27
                                    

- stop thinking about him/her, he/she's not thinking about you -

• happy reading •

"Noo!! Please goo!!"

"Help mee!!!"

"AKHH!!!"

Secara mengejutkan kaki gadis berambut blonde itu di seret ke belakang oleh sebuah tangan yang datang entah darimana. Gadis itu menjerit ketakutan namun sayangnya tidak ada satu orang pun yang datang membantu sampai akhirnya gadis itu menghilang dari pandangan mata.

"Ha, ke-kemana dia dibawa sama si hantu?!!" pekik Elina yang wajahnya sudah memerah karena ketakutan.

"Hust hust diem! Scene-nya berganti! Pasti di sini bakal ada petunjuk baru!" seru Kafka. Lelaki itu duduk di tengah-tengah sepupunya, yaitu Elina dan Ray. Mereka bertiga tengah menikmati film horror di televisi ruang keluarga.

"Woi!"

"HUAA!!"

Semua orang dibuat terkejut oleh jeritan Elina. Terlebih lagi Jean yang baru saja datang dan menyapa mereka barusan.

"Lo kenapa, Lin?" tanya Jean.

"Iih Kakak ngagetin!! Kalo jantung Lina copot gimana?! Mau gantiin?!" hardik Elina yang merasa kesal telah dikagetkan oleh sapaan Jean.

Jean terkekeh pelan. "Lebay," ledeknya sambil menoyor kening adiknya itu.

"Shut up! Backsound-nya udah sepi, pasti bentar lagi hantunya bakal muncul!!" seru Kafka. Raut wajahnya nampak begitu serius, apalagi tubuhnya sampai condong ke depan seakan ia sangat antusias menonton filmnya.

Jean geleng-geleng kepala melihat tingkah saudara-saudaranya ini. Jean tau mereka semua penakut, tapi sok menonton horror. "Coba kalian tonton film horror Indo, jauh lebih serem daripada film horror barat."

"Ah masa??" Kafka menatap tak percaya pada Jean.

Jean mengedikkan bahunya acuh dan menjawab, "Cobain ae."

"Alvinn ke sini bentar sayang!! Cepetan!!" Suara teriakan dari bundanya membuat Jean menoleh. Karena tak ingin membuat sang bunda menunggu lama, Jean segera beranjak menuju sumber suara.

"Alvin?" gumam Kafka dengan tatapan bertanya-tanya ke arah perginya Jean.

"Itu nama panggilan masa kecilnya Kakak. Sekaligus nama depan dia. Tapi sekarang udah gak mau lagi dipanggil begitu, kecuali sama Bunda," jawab Elina.

Kafka ber-oh ria dan manggut-anggut paham.

Beralih ke Jean, lelaki itu baru saja memasuki dapur karena suara bundanya tadi berasal dari arah sini, Jean yakin itu. Dan ternyata memang benar, Tasya memang ada di sana.

"Ada apa, Bun?" tanya Jean.

Tasya yang tadinya membelakangi Jean, kini telah berbalik badan. "Temenin Bunda ke mall yuk? Ada banyak hal yang harus Bunda beli di sana."

"Ayah belum pulang juga, Bun?" tanya Jean sambil melirik ke arah jam dinding yang telah menunjukkan pukul delapan malam.

"Ayah kamu ada lembur sekarang. Jadi kamu aja ya yang temenin Bunda? Mau, kan?"

Jean akhirnya mengangguk. "Tapi aku siap-siap dulu ya, Bun."

***

Sebuah mobil berwarna putih baru saja terparkir di parkiran sebuah mall. Orang-orang yang berada di dalamnya juga baru saja keluar. Yaitu, Tasya dan Jean, sang putra sulung.

He's My Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang