· happy reading ·
Setelah mengalami masa tenggang selama selama beberapa jam, kini Ava telah bisa memaafkan Jean. Bahkan keduanya saat ini tengah menebar kemesraan di dalam ruang osis, membuat teman-teman Jean yang berada di sana menjadi iri melihatnya.
"Keknya gue juga harus nyari cewe deh di sini," ujar Kafka kepada Ryan dan Jevon.
"Cewe lo yang di sana kasi ke gua aja, Kaf. Ntar gua bantuin nyari cewe di sini," celetuk Ryan dengan tampang watados.
"Enak aja lo!"
"Elina ngirim chat nih," ucap Ava sambil menyerahkan ponsel Jean. Posisi mereka sangat ini memang terbilang cukup mesra, Ava duduk menyamping di pangkuan Jean yang duduk di sofa. Mereka benar-benar tidak peduli akan sekitar.
"Bak baca," kata Jean.
Elina : Jangan khawatirin Lina, Kak.
"Maksudnya?" Ava menatap bingung pada Jean yang juga nampak bingung.
"Guys, menurut kalian, Raisa gimana?" tanya Jevon secara tiba-tiba dan membuat seluruh orang yang ada di sana menatapnya.
"Lo suka sama dia?" tanya Ava.
"Kan cuma nanya, belum tentu suka," dengus Jevon.
Ava memutar bola matanya malas. "Ga usah ngelak gitu. Gue udah sering denger pertanyan kek gitu dan ujung-ujungnya dia ngaku suka."
Perkataan Ava membuat Jevon terdiam.
"Lo serius suka sama Raisa?" kini Kafka yang bertanya.
Jevon mengedikkan bahunya tanda tak tau. Kafka pun menepuk pundak kawannya itu sambil berkata, "Kalo suka mah deketin aja langsung. Jangan nunda-nunda. Menurut gue Raisa cocok sama lo."
"Maksud lo apaan, Jev? Lo mau nikung gua?" ketus Ryan.
"Maksud lo?"
"Ohh sekarang gue paham. Pasti Ryan juga suka kan sama Raisa?" tebak Ava dengan senyuman.
Ryan mendengus dan langsung beranjak dari sana. Kafka dan Jevon kini saling tatap karena merasa bingung. Sedangkan Jean menghela napasnya.
"Gue tau lo tau sesuatu," bisik Ava.
"Mereka emang lagi pdkt-an dari lama," jawab Jean dan ternyata itu di dengar oleh Jevon dan Kafka.
"Anjir berarti gua harus minta maaf ke dia!" Jevon langsung pergi dari sana untuk mengejar Ryan.
Kafka yang malas menjadi nyamuk sendirian langsung menyusul Ryan sehingga di sana hanya tersisa Jean dan Ava.
"Bagus deh mereka pergi." Jean tersenyum mendengar ucapan Ava.
"Di sini ga ada makanan ya?" tanya Ava sambil menatap sekitarnya.
"Nggak ada kayaknya."
"Besok-besok lo harus nyetok makanan di sini. Soalnya gue bakal sering-sering ke sini, hehe"
Jean terkekeh dan menganggukkan kepalanya. Kemudian ia menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Ava dan mempernyaman posisinya di sana. Tangannya menggenggam tangan Ava dan mengusap-usap punggung tangan gadis itu menggunakan jari jempol.
"Lagi beberapa bulan ultah gue yang ke-18," ucap Jean.
"Oh ya? Lo mau apa di hari ultah lo?"
"Belum tau."
"Okey biar gue yang mikirin itu," ucap Ava dan membuat Jean tersenyum tipis.
Jean kemudian menegakkan posisinya dan menatap Ava. "Elina bertingkah aneh dari kemarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Boy [End]
Teen Fiction"Serius mau dicium?" "I-iya.. Biar gue bisa dengan bangga nyebar pengumuman kalo first kiss ketos mereka diambil oleh seorang Ava!" "Tiga puluh menit, cukup?" "WHAT?!" *** Bagaimana perasaan kalian jika seorang ketua osis yang tak berpengalaman deng...