• happy reading •
Jean benar-benar mengajak Ava ke rumahnya. Ava disambut baik oleh Tasya dan langsung mengajaknya mengobrol di ruang tamu mereka. Jean tidak menemani karena ia pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian.
"Kamu yang sabar ya, sayang. Jangan sampe semua ini bikin kondisi kamu drop. Percaya aja everything's gonna be okay." Tasya mengusap-usap rambut Ava yang tengah merenung di pelukannya.
Ava mengangguk pelan. "Makasi ya, Tante."
Beberapa saat kemudian Jean pun datang dan bergabung dengan bunda dan pacarnya. Ia duduk di sofa yang berbeda sambil membawa minuman yang diambilnya dari dapur.
"Kamu ditemenin Jean dulu ya di sini, Tante mau ke kamar bentar," ucap Tasya kepada Ava. Ava mengangguk dan melepaskan pelukannya.
"Makasi lagi, Tante."
Tasya tersenyum dan menoel pelan hidung Ava sebelum dirinya beranjak pergi. Jean menatap sebentar kepergian bundanya kemudian berpindah tempat menjadi di sebelah Ava.
"Mau?" Jean menawarkan minumannya kepada Ava. Ava langsung mengambil alih gelas Jean dan meminum isinya.
"Lumayan enak," puji Ava dan Jean pun tersenyum bangga mendengarnya.
"Iya dong, buatan anak Bunda Tasya gitu loh!"
Ava memutar bola matanya malas. "Biasa aja kali reaksinya. Dipuji gitu doang."
Jean terkekeh pelan dan mengeluarkan ponselnya. Ia duduk menyender sambil bermain ponsel. Ava juga sama, gadis itu mengeluarkan ponselnya dan bermain ponsel sambil meminum minuman Jean.
"Kak, Bunda ada delivery makanan, nanti kalo ada kurir makanan dateng tolong kamu ambil ya, Bunda mau istirahat dulu," ucap Tasya yang baru saja turun dari tangga.
Jean mengangguk dan mengacungkan jempolnya. Hal tersebut membuat Tasya berbalik badan dan menaiki tangga kembali.
"Gue ngerasa nyaman banget tau di sini," ucap Ava kepada Jean.
Jean melirik pacarnya dan tersenyum. "Bagus kalo nyaman. Kan bakal jadi rumah lo nantinya."
"Dih? Pd banget lo bakal nikah sama gue." Ava mengibaskan rambutnya.
"Ya emangnya lo—"
"Dih pacaran kok lo-gue sih?" Secara tiba-tiba adik Jean yaitu Ray menyeletuk dari arah belakang sehingga Jean dan Ava kompak menoleh ke belakang.
"Brisik lo bocil," ketus Jean.
Ray berdecak dan mendekati mereka. Ia kemudian berkata, "Kalo pacaran tuh ya harusnya panggilannya lebih lembut gitu kek! Jangan lo-gue! Minimal panggil pake aku-kamu atau nama lah!"
Jean menatap aneh pada adiknya itu. "Maksud lo paan si? Ga jelas."
Ray memutar bola matanya malas. "Kak Ava kok lo bisa betah sih pacaran sama dia? Dia ga ada romantis-romantisnya dikit!"
"Minggat lo anjir! Ganggu!" Jean menarik tangan adiknya agar mau pergi. Ray lagi-lagi berdecak dan langsung pergi dari sana menuju tangga.
"Bocil banyak ngatur," dengus Jean.
"Adik lo bener tuh! Lo ga ada romantis-romantisnya dikit!" ucap Ava.
"Maksudnya dia gimana si tadi?"
"Ya panggilannya pake nama! Misal gue mau ngomong sama lo kayak gini, Jean udah makan? Mau Ava masakin sesuatu ga?"
"Emang lo bisa masak?" tanya Jean.
"Erghh gosh! Lo ngerti ga sih kalo gue lagi ngasih contoh!?" Ava menatap jengkel pada Jean sedangkan yang ditatap hanya menampilkan ekspresi bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Boy [End]
Fiksi Remaja"Serius mau dicium?" "I-iya.. Biar gue bisa dengan bangga nyebar pengumuman kalo first kiss ketos mereka diambil oleh seorang Ava!" "Tiga puluh menit, cukup?" "WHAT?!" *** Bagaimana perasaan kalian jika seorang ketua osis yang tak berpengalaman deng...