22. Bullying

5.8K 319 8
                                    

- hati ini suka ngga karuan, kayak isi dompet yang kadang tipis dan kadang kosong ngga ada isinya -

• happy reading •

Di dalam kamarnya, Jean tengah disuapi bubur oleh ibunya. Tasya nampaknya sangat cemas dengan keadaan sang putra sulung yang ia yakini tengah demam.

Di satu sisi Jean merasa tidak tega untuk membohongi ibunya sendiri, namun di sisi lain ia juga tidak bisa menolak perintah ayahnya. Bagaikan makan buah simalakama.

"Abis makan bubur, kamu balik istitahat ya? Pokoknya kamu harus sembuh sayang," ucap Tasya dengan lembut kepada putranya.

Jean mengangguk kaku. "I-iya Bunda."

"Bunda ada panggilan buat ke rumah sakit, ada pasien Bunda yang harus ditanganin. Ga papa ya Bunda tinggal dulu?"

Pertanyaan Tasya membuat Jean kebingungan. Devan mengingatkan Jean agar tidak membiarkan Tasya pergi dari rumah, namun ada pasien yang membutuhkan penanganan dari Tasya. Tidak mungkin Jean akan membiarkan pasien itu kenapa-napa hanya karena semua ide konyol yang tengah berlangsung.

"Em, gapapa kok Bun. Pasien Bunda lebih penting dari apapun sekarang. Aku udah baik-baik aja kok," ucap Jean. Masa bodo dengan perintah ayahnya, kesehatan dan nyawa orang lain lebih penting.

Tasya tersenyum tipis dan mengusap rambut putranya, kemudian beralih ke keningnya. "Wah ini demam kamu emang udah turun. Suhu tubuh kamu udah normal. Ya udah kalo gitu Bunda tinggal ke rumah sakit dulu ya. Kamu istirahat dulu, jangan pergi kemana-mana."

Jean mengangguk mantap. "Siap!"

Setelah itu Tasya bangkit dan beranjak pergi membawa mangkuk bubur dan juga cangkirnya keluar kamar Jean. Wanita itu juga tak lupa menutup pintu setelah dirinya keluar.

Jean merenggangkan otot-otot tangannya. Ia sudah sangat bosan berada di kamar terus, namun ia juga tak bisa keluar karena perintah dari sang bunda. Sudah cukup ia membohongi bundanya itu, dan oleh karena itu ia tidak ingin membantah perintahnya sekarang.

Ting.

Ponselnya berbunyi dentingan, menandakan bahwa ada sebuah pesan yang masuk. Jean menghela napas pelan dan menggeser tubuhnya untuk mengambil ponsel.

Elina : send a video.

Elina : Kak, buruan ke sekolah. Kak Ava lagi dirundung di gudang sekolah.

Jean memutar video yang dikirimkan oleh Elina. Di dalam video ia melihat Ava yang tengah duduk terikat di atas kursi dan dikelilingi oleh tiga orang gadis. Rahang Jean mengeras ketika melihat gadis-gadis itu memperlakukan Ava dengan kasar.

"F*ck!" umpat Jean yang kemudian beranjak dari tempat tidurnya. Ia hanya mengambil jaket serta kunci mobilnya saja, setelah itu ia segera pergi keluar.

Jean melihat bundanya baru saja pergi mengendarai mobil. Jean pun segera menuju garasi untuk mengambil mobilnya sendiri. Ia harus segera pergi ke sekolahnya, meskipun dengan pakaian rumahan seperti itu.

***

"Gue capek ya sama kalian! Udah berapa kali gue bilang kalo gue ga ada hubungan lagi sama Zayn! Dan kalo kalian pada suka sama Zayn, kejar doang dong jangan ngerjain gue! Emang dengan kalian memperlakukan gue kayak gini, Zayn bakal langsung jadi milik kalian gitu? Lucu sister!" kesal Ava kepada tiga orang gadis yang menurutnya sudah gila itu.

"Lo ga usah banyak bacot deh, Va! Mending lo pikirin nasib lo setelah ini, lo bakal diketawain satu sekolah! Atau mungkin lo bakal bermalam di gudang gelap ini, eww"

He's My Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang