- we all have stories we'll never tell -
• happy reading •
Hembusan napas berat keluar dari seorang laki-laki yang terlihat baru selesai mandi. Raut wajahnya nampak sendu memandangi selembar foto yang sedang ia pegang. Foto yang menampilkan dirinya sedang duduk bersama seorang perempuan dan tersenyum bahagia.
Lalu ia membalik foto tersebut, dan terdapat tulisan di belakangnya.
Feb/14/20xx
Sweetest Valentine Ever
Nampaknya foto tersebut merupakan foto yang sangat berharga bagi lelaki itu. "I'll make you happy, I'll do everything for you," ucapnya dengan suara berat.
Tok tok tok.
Suara ketukan dari pintu kamarnya membuat lelaki itu menoleh dan segera menyimpan foto tersebut ke dalam laci. Lalu ia memakai bajunya dan berjalan menuju pintu kamar.
Klek.
Raut wajahnya kembali datar ketika melihat siapa yang tadi mengetuk pintu kamarnya. "Apa?" tanyanya.
"Mama ngajak makan malam bersama. Lo ga akan nolak kan, Kak?" ucap Ava kepada Raka.
"Sejak kepergian Papa, lo jadi semakin dingin ke gue, it's ok gue ga heran. Tapi please jangan bersikap yang sama ke Mama. Ini bakal jadi makan malam bersama kita yang pertama setelah kepergian Papa. Jadi lo jangan merusak suasana hati Mama sekarang," lanjut Ava dan setelah itu ia pergi meninggalkan Raka tanpa mau mendengar jawaban dari lelaki itu telebih dahulu.
Sekarang Ava ingin menuju dapur membantu mamanya. Ia tau kakaknya menjadi seperti itu pasti karena masih belum bisa menerima kepergian sang papa. Tetapi Ava tetap berharap kalau Raka mau ikut bergabung di makan malam keluarga mereka malam ini meskipun tanpa adanya kehadiran dan kehangatan dari Aldo.
"Ma," panggil Ava ketika telah sampai di ruang makan.
Valen yang tengah merapikan meja, lantas menoleh dan tersenyum lembut kepada putrinya. "Udah manggil Kakak kamu?"
Ava mengangguk. "Ada yang bisa Ava bantu nggak, Ma?"
"Ngga usah, Sayang. Kamu duduk aja ya? Semuanya udah beres kok. Tinggal nunggu Kakak kamu aja, terus kita langsung makan deh!" ucap Valen masih dengan senyumannya. Ava ikut tersenyum dan mendudukkan dirinya di salah satu kursi.
Ternyata Raka mau ikut makan malam bersama. Lelaki itu baru saja datang dan langsung duduk di kursi di sebelah Ava. Valen pun kembali datang sambil membawa sup yang sepertinya baru saja matang.
"Ini sup kesukaan kamu, Raka," ucap Valen menatap lembut pada putranya. Raka hanya menganggukkan kepala dan mengambil piringnya sendiri, begitu pula dengan Ava.
"Sini biar Mama yang siapin." Valen mulai menaruh satu persatu makanan di masing-masing piring anaknya. Ia juga menyiapkan piring makan untuknya sendiri.
"Oh ya, minggu depan persidangan pertama dimulai, doain ya semoga pelakunya bisa mendapatkan hukuman yang pantas," ucap Valen.
"Hukum mati aja sekalian, nyawa harus dibayar pake nyawa!" ucap Ava dengan geram.
Valen geleng-geleng kepala, meski dalam hatinya ia juga menginginkan hal yang sama. Mau bagaimana pun ia harus kehilangan sosok suami karena orang jahat nan licik itu.
"Ma, Ava boleh ikut ya? Buat jadi saksi," pinta Ava.
Valen terdiam. Ia sebenarnya tidak ingin melibatkan anak-anaknya di dalam kasus ini. Kemudian ia menghela napas pelan dan berucap, "Habiskan makanan kalian ya. Semua makanan ini Mama masak sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Boy [End]
Teen Fiction"Serius mau dicium?" "I-iya.. Biar gue bisa dengan bangga nyebar pengumuman kalo first kiss ketos mereka diambil oleh seorang Ava!" "Tiga puluh menit, cukup?" "WHAT?!" *** Bagaimana perasaan kalian jika seorang ketua osis yang tak berpengalaman deng...