- life is better when u don't care about people -
• happy reading•
Sesuai jadwal yang sudah terdaftar, pagi ini seluruh anggota osis mengikuti rapat yang diadakan di ruang rapat khusus osis. Tentu saja rapat tersebut dipimpin oleh Jean selaku ketua osis.
Rapat tersebut membahas tentang perencanaan acara tahunan sekolah yang memang sudah menjadi tradisi tersendiri bagi Aruna School selama beberapa tahun terakhir.
Biasanya pada saat itu akan diadakan sebuah acara seperti pesta dansa, pameran kesenian, dan hal menarik lainnya. Namun untuk tahun ini, seluruh anggota osis telah setuju akan mengadakan pesta kostum. Dan tinggal mengumpulkan ide-ide menarik saja untuk memeriahkan pesta kostum tersebut.
"Gimana kalo di pesta kostum nanti kita undang salah satu band rock yang ada di kota ini? Setidaknya buat memeriahkan acara," usul Raisa yang duduk di sebelah Jean.
Semua orang saling tatap seakan menimang-nimang usul dari Raisa. Dan beberapa dari mereka langsung mengatakan kata setuju, termasuk dengan Ryan dan Jevon.
"Gimana menurut lo, Je?" tanya Raisa kepada Jean.
Jean manggut-anggut pelan dan berucap, "Ide yang bagus. Bagaimana menurut kalian semua? Setuju kalau kita mengundang band rock??" tanya Jean kepada seluruh anggota rapat.
Mereka semua kompak mengangguk dan berseru, "Setuju!!"
Jean langsung saja mencatat hal tersebut di sebuah buku yang ia bawa. Sekarang ia menjadi bertanya-tanya, kira-kira kostum apa yang cocok ia kenakan nantinya?
Rapat kembali berlangsung dengan lancar. Meskipun kerap terjadi pro kontra antara ide-ide yang masuk, namun semua itu bisa diatasi dan dilalui dengan mudah bagi mereka.
Hingga akhirnya rapat resmi dibubarkan oleh Jean. Seluruh anggota bisa kembali ke kelas mereka masing-masing. Osis inti meminta mereka untuk merahasiakan terlebih dahulu tentang hasil rapat tadi kepada murid lainnya agar nanti menjadi kejutan tersendiri bagi mereka.
Melihat salah satu siswa yang bernama Fino sudah keluar dari ruang rapat bersama temannya, Jean segera berlari menyusul lelaki itu. Namun sayang, ia harus berhenti seketika karena seorang guru memanggilnya dari arah samping. Mau tak mau Jean harus menghampiri gurunya itu dan melupakan tentang Fino.
***
Di lain tempat, seorang gadis dengan rambut dikuncir kuda tengah memakai lipbalm di depan cermin toilet sekolah. Siapa lagi gadis itu kalau bukan Ava.
Ia tengah sendirian karena kedua sahabatnya, yaitu Luna dan Nathan tengah berada di dalam kelas. Beruntung sekali pagi ini bagi siswa di kelas Ava karena guru mereka ridak bisa hadir sehingga terciptalah free class.
Setelah memastikan penampilannya sudah oke, Ava langsung melangkah menuju keluar dari toilet. Suasana di toilet sangatlah sepi. Bahkan saat ia menyusuri koridor, jalanan di sana ikut sepi. Bukan hal aneh karena seluruh siswa pasti tengah terkurung di dalam kelas masing-masing.
"Lo itu gak berhak deketin dia! Dia itu punya gue!"
"Hih dasar cabe! Lo gak usah kepedean deh! Jelas-jelas dia lebih milih gue daripada lo!"
Suara pertikaian antara dua siswi terdengar oleh telinga Ava. Awalnya Ava penasaran, namun ia langsung sadar kalau itu bukanlah urusannya. Jadi ia langsung melanjutkan langkahnya.
"Zayn itu cuma milik gue!"
Setelah mendengar kalimat itu, langkah Ava langsung terhentikan. Rasa penasaran gadis itu kembali muncul. Daripada terus diselimuti oleh rasa penasaran yang tinggi, Ava memilih untuk mengecek apa yang sebenarnya terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Boy [End]
Teen Fiction"Serius mau dicium?" "I-iya.. Biar gue bisa dengan bangga nyebar pengumuman kalo first kiss ketos mereka diambil oleh seorang Ava!" "Tiga puluh menit, cukup?" "WHAT?!" *** Bagaimana perasaan kalian jika seorang ketua osis yang tak berpengalaman deng...