- you couldn't save me but you can't let me go - NDA
• happy reading •
Sepeninggalan Ava dari rumahnya tanpa membawa kendaraan, membuat Valen sangat khawatir. Ia tidak berhasil mengejar Ava karena gadis itu berlari dengan cepat meninggalkan rumah.
Dan saat ini Valen tengah mencari-cari keberadaan sang putri menggunakan mobil. Meskipun Ava tidak membawa kendaraan, Valen tidak yakin kalau putrinya itu tidak pergi jauh. Bisa saja dia menaiki taxi dan pergi ke suatu tempat yang entah dimana.
"Ava sayang kamu dimana, Nak..." Valen benar-benar cemas.
Ia sudah mencoba menghubungi Ava berkali-kali, namun tetap saja tidak satu pun ada yang diangkat. Semua panggilannya ditolak dan menandakan bahwa Ava benar-benar marah saat ini.
Di lain tempat, Ava sendiri tengah duduk di tengah-tengah taman yang lokasinya dekat dengan sekolahnya sendiri. Ia kemari menaiki taxi yang sempat ia berhentikan di depan komplek rumahnya.
Dengan wajah cemberut Ava mengetik sesuatu di ponselnya. Ia juga mengatakan apa-apa saja yang ia ketik dengan ujung bibir terus melengkung ke bawah.
"Dear Mama tersayang, maafin Ava, Ma, Ava cuma lagi ngambek aja sama Mama. Ava gak suka ya kalo Mama punya penggantinya Papa. Mama nggak usah khawatir, Ma. Ava mau nginep di rumah temen dan please jangan susul Ava dulu. Maaf ya, Ma, kontak Mama Ava blokir dulu karna Ava mau nenangin diri dulu. Besok Ava mau libur sekolah, jangan cariin Ava dulu! Ava sayang Mama!"
Setelah mengetik semua kata-kata tersebut, Ava langsung saja memencet send. Habis itu juga ia langsung memblokir kontak mamanya sendiri. Ia berniat ingin menghilang, atau lebih terkesan kabur dari rumah, tapi ia juga tidak ingin membuat mamanya khawatir. Alhasil begitulah cara Ava.
Setelah itu ia beralih untuk menghubungi satu persatu sahabatnya. Yang pertama adalah Luna dan beruntung panggilan teleponnya langsung terhubung.
[Kenapa, Va?]
Ava menarik napasnya dalam-dalam lalu menyahut, "Gapapa, kok. Gue cuma mau nanya, lo hari ini sibuk gak? Boleh gak kalo gue nginep di rumah lo hari ini aja??"
Ava berharap mendapatkan respon yang positif dari Luna.
[Aduh gimana ya, Va... Masalahnya gue lagi gak di rumah. Gue juga lagi nginep di rumah Tante gue sekalian jagain sepupu yang masih balita. Sorry banget ya?? Tapi kalo nginepnya besok gapapa, besok gue tidur di rumah,] ujar Luna dan membuat harapan Ava sirna.
"Gapapa, kok. Tapi lu kudu janji sama gue, kalo seandainya nyokap gue nanya gue nginep di rumah lu apa kaga, lu jawab aja iya, ya! Soalnya gue lagi ngambek makanya gue pergi dari rumah," kata Ava.
[Aelah lo keseringan gitu! Ah ya udah dah nanti gue bilangin gitu. Tapi gak gratis loh ya!]
"Ishh iyaa!!" kesal Ava. Ia dapat mendengar suara cekikikan Luna dari seberang telepon.
[Udah ya, bye! Jangan lama-lama lu ngambeknya, kasian nyokap lu!]
"Hmm iyaa," sahut Ava dengan nada bicara yang malas.
Sesaat kemudian sambungan telepon tersebut berakhir. Ava lantas beralih menghubungi Nathan dan menanyakan hal yang sama seperti yang ia tanyakan kepada Luna tadi.
Namun, sama seperti Luna, Nathan juga tidak bisa menampungnya untuk malam ini. Itu dikarenakan Nathan sedang kedatangan keluarga besarnya yang pasti akan berfikir aneh-aneh kalau seandainya Ava mengingap.
Lantas kemana Ava harus pergi? Pulang ke rumahnya dan melupakan semua hal yang sebelumnya ia dengar? Impossible.
Di lain lokasi, Jean baru saja melewati pagar sekolahnya untuk pulang. Ia mengendarai motornya dan pulang berbarengan dengan Jevon yang membonceng Ryan. Tentu saja diikuti oleh Kafka yang juga membawa motor. Sebenarnya bukan motornya sendiri, melainkan motor Devan yang ia pinjam. Karena kebetulan motor tersebut sudah jarang dipakai lagi oleh sang pemilik asli.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Boy [End]
Teen Fiction"Serius mau dicium?" "I-iya.. Biar gue bisa dengan bangga nyebar pengumuman kalo first kiss ketos mereka diambil oleh seorang Ava!" "Tiga puluh menit, cukup?" "WHAT?!" *** Bagaimana perasaan kalian jika seorang ketua osis yang tak berpengalaman deng...