39. Movie Date

3.9K 189 9
                                    

Setelah mengantarkan Ava pulang dengan selamat, Jean kini telah kembali pulang ke rumahnya. Ia membatalkan niatnya bermalam di apartemennya dan memilih untuk pulang ke rumah.

"Elina mana, Bun?" tanya Jean kepada sang bunda yang sedang duduk memangku laptop di ruang keluarga.

"Mungkin di kamarnya. Dia baru pulang," jawab Tasya kepada putranya.

Jean segera melangkahkan kakinya untuk menuju kamar Elina.

Tok tok tok.

"Masuk!!" seru Elina dari dalam kamarnya.

Jean pun membuka pintu kamar tersebut dan melihat Elina sedang duduk di depan layar komputer memakai sebuah kacamata.

"Kakak? Ngapain?" tanya Elina yang kini posisi duduknya sudah menghadap ke arah Jean.

Jean berjalan mendekat sembari mengambil ponselnya. Kemudian ia menunjukkannya terhadap Elina yang masih duduk. Melihat ponsel kakaknya, Elina langsung nampak terkejut.

"Itu di mana?" tanya Jean dengan begitu serius.

"I-itu.. kakak dapet dari mana??"

"Pengirimnya ga penting. Sekarang jawab, itu di mana?"

Nampaknya Elina berusaha untuk terlihat tenang. Gadis itu menjawab, "Itu tadi lagi di pesta ulang tahun temen. Aku tadi ke sana. Udah izin juga kok sama Bunda."

Jean menyipitkan matanya, ia nampaknya belum bisa percaya begitu saja dengan alasan adiknya barusan. "Yakin pesta ulang tahun temen?"

"I-iyaa! Emang pesta apa lagi coba?'

"Terus--"

"Bentar, kakak dapet foto itu dari siapa? Pasti dari Kak Ava ya?" tebak Elina dengan ekspresi wajah yang terlihat agak kesal.

"Ava? Gue dapet dari Jevon. Sekarang gue tanya, emang Jevon diundang juga ke pesta temen lo itu sampe dia bisa dapetin foto ini?"

Pertanyaan tersebut membuat Elina tak bekutik. Gadis itu memalingkan wajahnya dengan pandangan yang mengarah ke bawah. Jean menghela napas berat dan bersedekap dada. Matanya terus tertuju pada adiknya itu. "Oke gue percaya kalo itu pesta temen lo. Tapi gu ga percaya kalo cowo yang lo jadiin pacar itu cowok baik-baik."

"Tap--"

"Elina lo harus ngerti, lo masih kecil sedangkan dia udah enggak. Lo bakal gampang dimanipulasi sama dia!" Jean berusaha keras untuk tidak meninggikan suaranya agar tidak menyakiti perasaan Elina, juga agar adiknya itu bisa mengerti apa yang seharusnya ia mengerti.

Namun, Elina hanya terdiam saja tanpa memberikan respon apapun. Sekarang Jean yang dibuat tidak mengerti dengan keterdiaman adiknya. Apakah itu berarti Elina mengerti atau tidak Jean tidak tau.

"Gue yakin lo bisa berfikir jernih kali ini. Gue ga ngelarang lo pacaran, asal sama cowok yang sesuai buat lo dan ngasih vibes positif buat kehidupan lo." Jean berkata demikian dengan suara lembut dan menepuk pelan kepala Elina sebelum ia pergi keluar dari kamar itu.

***

Hari ini Ava mendapatkan pelajaran PJOK. Sialnya ia mendapat jadwal pada pukul 2 siang, di mana matahari sedang terik-teriknya. Sedari tadi gadis itu mengelap keringatnya menggunakan tisu bersama dengan teman-teman sekelasnya yang perempuan.

"Berapa lama lagi si?" tanya Ava kepada teman-temannya.

"10 menit lagi bel istirahat," jawab salah satu dari mereka.

"Eh nanti kita ngantin bareng gimana?" ajak gadis dengan rambut dicepol menggunakan jedai.

"Gue ga ikut keknya, mau ke ruang osis," kata Ava.

He's My Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang