44. What's wrong with Issie?

3.2K 136 4
                                    

• happy reading •

Semakin lama tindakan Issie semakin diluar batas wajar terhadap Jean. Hal tersebut membuat Ava resah. Issie sering menggunakan ibunya untuk bisa membantunya memiliki waktu bersama Jean. Jean yang tak berani menolak permintaan kepala sekolahnya jelas tak memiliki pilihan lain.

Ava berkali-kali mengingatkan Jean agar selalu menjaga jarak dengan Issie dan Jean juga berkali-kali menegaskan kepada Ava kalau dirinya tidak mungkin akan melakukan interaksi lebih dekat dengan Issie.

Perihal Raka, sampai saat ini polisi masih belum bisa menemukan titik terang tentang apa yang sebenarnya terjadi karena Raka yang selalu menolak berbicara soal narkoba tersebut. Ketika di tes dirinya dinyatakan bersih tidak pernah mengonsumsi obat-obatan terlarang jenis apapun.

Tentang hubungan antara Elina dengan Maxen, dikabarkan telah putus. Elina sendiri yang telah mengatakan kepada keluarganya kalau ia dengan Maxen telah tidak memiliki hubungan apapun lagi bahkan sudah lost contact.

Percaya tidak percaya, anggota keluarga terus diyakinkan oleh Elina kalau dirinya memang sudah putus. Sehingga diantara mereka sudah tidak ada lagi yang mempermasalahkan tentang hubungan Elina. Namun sesekali Jean masih menaruh rasa curiga.

"Bun besok aku jam 6 pagi udah langsung berangkat ya."

Jean yang tengah duduk memakan kue kering auto menoleh dan melihat sang adik yang baru saja datang.

"Ini udah Bunda buatin makanan kamu sarapan besok. Bunda takutnya ga sempet bangun pagi, jadinya Bunda bikinin malam ini ya. Besok tinggal kamu angetin aja kalo malah jadi dingin," ucap Tasya dan diangguki paham oleh Elina.

"Mau ke mana emang?" tanya Jean.

"Camping," jawab Elina.

"Sama?"

"Temen."

"Iya siapa aja temen-temennya. Sebutin namanya. Lokasi kalian camping di mana dan berapa lama." Perkataan Jean memutar Elina memutar bola matanya malas. Tasya geleng-geleng kepala dengan senyuman tipis melihat tingkah putranya yang begitu protective terhadap adik perempuannya.

"Ya temen-temen main gue biasanya, Kak. Camping-nya juga ga jauh kok. Cuma 2 hari aja."

"Ga sama cowok yang lo bilang udah jadi mantan lo itu, kan?" Tatapan Jean begitu menyelidik.

"Udah, Kak. Percayakan aja semua sama adik kamu. Bunda aja percaya masa kamu engga? Udah ah biarin dia nikmatin masa liburannya dia." Perkataan Tasya membuat senyum Elina merekah, sedangkan Jean menghembuskan napas kasar dan melanjutkan memakan kue keringnya.

Tasya pun beranjak pergi meninggalkan anak-anaknya di dapur. Setelah ia benar-benar pergi, Elina menghela napas kasar dan mendudukkan dirinya di salah satu kursi di dekat Jean.

"Kenapa?" tanya Jean yang peka terhadap tingkah adiknya barusan.

"Kenapa si Ayah sama Bunda ga adil? Kakak di kasi pacaran sedangkan gue engga? Kenapa?" Nada bicara Elina terdengar dramatis dan membuat Jean geli mendengarnya.

"Lebay."

Elina memayunkan bibirnya dan mengambil satu kue kering di hadapan Jean.

"Makanya punya KTP biar dikasi pacaran sama Ayah. Gue kan udah punya," ujar Jean dan diakhiri dengan terkekeh kecil.

Elina menjadi semakin cemberut. "Ish!"

***

Siang hari yang cerah ini Ava ingin mengunjungi kakaknya yang masih tertahan di dalam jeruji besi. Ia berencana akan pergi sendirian tanpa mengajak siapapun atau memberitau siapapun.

He's My Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang