- people should fall in love with souls, not faces -
• happy reading •
"Aghh!!" Jean mengerang kesal dan menendang ban mobilnya untuk melampiaskan emosinya. Dan semua itu tercipta karena seseorang telah berani memecahkan telur mentah ke kaca mobilnya hingga menjadi kotor dan sialnya lagi bau telur itu seperti telah busuk.
"Paling cuma orang iseng atau ga sengaja," celetuk Ryan yang tengah berdiri dengan santai di sebelah Jevon. Di tangan cowok itu terdapat makanan ringan yang tadi ia beli di kantin.
"Lo berdua ada bawa tisu?" tanya Jean seraya menatap Ryan dan Jevon bergantian. Namun sayangnya mereka bedua menggelengkan kepala.
Jean berdecak kesal dan langsung melangkah pergi dengan langkah tergesa-gesa dan raut wajah kesal. Ia akan pergi ke kantin untuk membeli tisu di sana.
Siapa pun pelakunya, adalah orang yang paling tidak punya kerjaan alias orang paling gabut sedunia menurut Jean. Mungkinkah itu adalah ulah dari seseorang yang tidak menyukai Jean? Tapi siapa dan kenapa dia tidak suka?
Setelah membeli apa yang ia butuhkan, Jean kembali menuju parkiran siswa. Di sana Ryan dan Jevon masih setia menunggunya. Ryan yang duduk di sebuah bangku sambil ngemil, sedangkan Jevon berdiri menyender dengan kedua tangan masuk ke saku celana. Mereka berdua kompak menatap kedatangan Jean.
"Gada kerjaan banget tu orang," dumel Jean yang sudah mulai membersihkan kaca mobilnya yang kotor. Untung hanya satu kaca yang menjadi korban, jika semuanya, Jean pastikan tidak akan mengampuni pelakunya.
"Mobil doang bagus, tapi gada tisu di dalemnya," sindir Ryan. Jevon terkekeh dan menyetujui ucapan Ryan. Jean hanya mendengus saja karena ia merasa tidak penting untuk direspon.
"Buruan naik! Atau gue tinggal!" ketus Jean kepada Ryan dan Jevon. Cowok itu mulai berjalan menuju kemudi dan kedua sahabatnya itu menyusul masuk ke mobil.
Setelah ketiga cowok itu masuk ke dalam mobil yang sama, mobil tersebut mulai dijalankan keluar dari area parkir.
Di sepanjang perjalanan menuju rumah Jean, mereka bercerita seru mengenai pertandingan tinju yang semalam tayang di televisi. Hanya saja Jean sedari tadi nampak malas dengan topik pembicaraan itu karena pada dasarnya dia bukan peminat acara tinju.
Sampai akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, yaitu tempat tinggal Jean. Ryan dan Jevon ikut datang ke sana untuk membantu Jean mengerjakan tugas OSIS.
"Selamat siang, Den," sapa hangat Mang Karto; tukang kebun di rumah itu. Senyuman ramahnya dibalas sama ramahnya juga oleh ketiga cowok yang baru pulang.
"Siang juga, Mang," sahut Jean.
"Semangat kerjanya, Mang! Nanti kalo cape, nih Jevon siap bantuin biar dia dapet gerak dikit!" seru Ryan dan dibalas kekehan oleh Mang Karto. Tentu saja Jevon langsung menampol kepala Ryan dan menyeretnya menyusul Jean.
Saat memasuki rumah, Jean dibuat terkejut oleh seseorang yang tengah duduk dengan santai di sofa ruang tamunya sambil bermain ponsel dan memegang secangkir minuman.
"Kamu baru pulang, Kak?" tanya Tasya yang baru saja datang dari arah tangga. Orang yang sedari tadi menatap ponsel pun beralih menatap ke arah Jean dan senyumannya langsung merekah.
"Eyyo, bro! Long time no see!" serunya sambil menaruh barang-barang di tangannya dan langsung berdiri.
"Dia kapan dateng, Bun?" tanya Jean kepada Tasya.
Tasya tersenyum, dan ketika ia hendak menjawab, dua orang gak ada akhlak main masuk begitu saja dan langsung berseru heboh ketika melihat orang yang masih berdiri di depan sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Boy [End]
Teen Fiction"Serius mau dicium?" "I-iya.. Biar gue bisa dengan bangga nyebar pengumuman kalo first kiss ketos mereka diambil oleh seorang Ava!" "Tiga puluh menit, cukup?" "WHAT?!" *** Bagaimana perasaan kalian jika seorang ketua osis yang tak berpengalaman deng...