• happy reading •
Ava telah sepenuhnya sembuh. Dan sekarang ini dirinya sedang berada di dalam kelas bersama teman-temannya. Walaupun jam istirahat, namun mereka cukup malas untuk meninggalkan kelasnya, dan ini adalah keadaan langka bagi mereka. Biasanya kan mereka pergi ke kantin menghabiskan waktu dan uang saku.
Di dalam kelas hanya ada mereka bertiga, yaitu Ava, Luna, dan juga Nathan. Nathan sedang sibuk mengotak-atik ponselnya sambil mengunyah permen karet dan salah satu kakinya ia naikkan dan lipat di atas paha. Sedangkan Luna dan Ava sibuk bercakap-cakap membahas hal-hal tak penting.
Tok tok tok.
Ketiganya kompak menoleh ke arah pintu masuk kelas yang baru saja diketuk oleh seseorang yang ternyata adalah Jean. Jean melangkah memasuki kelas tersebut sambil membawa sebuah totebag.
Jean tersenyum kepada Ava dan memberikan totebag-nya. Tentu saja hal tersebut membuat Ava bahkan Luna dan Nathan kebingungan.
"Ini apa?" tanya Ava sembari menerima totebag pemberian Jean.
"Itu bekal makan siang. Gue yang masak," kata Jean.
"Pfftt" Nathan sontak ingin tertawa mendengar ucapan Jean barusan.
"Napa lu?" tanya Jean ketus. Memangnya apa yang lucu sampai Nathan menahan tawa?
"Kaga, cuma yaa lawak aja gitu ada cowo sebucin lo. Yang sampe rela masakin makan siang buat ceweknya. Apalagi cowok modelan lo, langkah sih. Bravo! Bravo!" ujar Nathan dan membuat Jean memutar bola matanya malas.
"Lo yang masak atau nyokap lo, huh?" tanya Ava setelah mencicipi sedikit makanan yang diberikan oleh Jean.
"Ini kayak masakan Tante Tasya," lanjut Ava.
Jean menggaruk tengkuk lehernya meski tak terasa gatal. "Yaa Bunda yang masak, tapi kan gue bantuin juga, jadi bisa dibilang itu makanan buatan gue juga kan?"
"Iya Bang, terserah lu dah," kata Nathan dan lagi-lagi membuat Jean jengkel.
"Gapapa, enak ini, bilang makasi ke Tante Tasya," ucap Ava.
Jean tersenyum dan mengangguk. Lelaki itu menepuk pelan kepala Ava lalu melangkah pergi meninggalkan kelas itu.
Ava berusaha menormalkan ekspresi wajahnya pasca ditepuk pelan kepalanya oleh Jean.
"Eh minta dong!" seru Nathan.
"Gue juga mau nyobainn!!" kata Luna.
Ava langsung menjauhkan kotak makannya agar tidak bisa dijangkau Luna dan Nathan. "Ih apaan sih! Tante Tasya ngasihnya ke gue, bukan ke kalian! Makanya jadi pacar anaknya dulu, baru bisa dimasakin gini!"
"Dih, emang siapa yang bisa gua pacarin dari keluarganya itu?" ketus Nathan.
"Elina."
"Ha? Siapa?"
"Ck, ga ada!" ketus Ava balik. Mungkin memang belum banyak yang tau kalau Jean mempunyai adik bernama Elina di sekolah ini. Mungkin kebanyakan dari mereka tidak peduli juga karena tidak akan mengubah nasib mereka.
"Lah gue siapa dong? Masa iya macarin papanya Jean sih," ucap Luna.
"Cakep loh dia! Lo ga cuma bakal dimasakin aja sama Tante Tasya, tapi lo bahkan bakal dijadiin bahan masakannya juga!" seru Ava
"Dih lawak lo! Yakali gue mau ngerebut suami orang, mana udah punya anak yang lebih tua dari gue lagi, gue masih waras ya sorry!"
Ava tertawa pelan begitu pula dengan Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Boy [End]
Teen Fiction"Serius mau dicium?" "I-iya.. Biar gue bisa dengan bangga nyebar pengumuman kalo first kiss ketos mereka diambil oleh seorang Ava!" "Tiga puluh menit, cukup?" "WHAT?!" *** Bagaimana perasaan kalian jika seorang ketua osis yang tak berpengalaman deng...