• happy reading •
Di tengah kebingungan dan kekhawatiran, Jean berdiri bersandar pada tembok dengan bersedekap dada. Menunggu seorang gadis yang sedari tadi belum keluar dari bilik toilet perempuan.
Ryan telah mendahului Jean untuk berkumpul kembali ke dalam acara. Jean hanya akan tenang jika dirinya telah mengetahui keadaan Ava setelah tadi mual-mual.
"Eh!"
Jean langsung menoleh ketika mendengar suara terkejut dari seseorang. Wajah cemasnya berubah menjadi ekspresi gugup karena telah berhadapan secara langsung dalam jarak yang cukup dekat dengan Ava.
Sementara Ava masih terlihat terkejut. Namun sesaat kemudian ketika Jean hendak mengeluarkan suara, ia langsung membuang mukanya dan melengos pergi. Jean berdecak sebal dan langsung mengejar sebelum terlambat.
"Ava!" Dengan cekatan Jean meraih pergelangan tangan Ava dan menghentikan langkah gadis itu.
"Kenapa?" tanya Ava dengan tatapan mata yang cukup tajam.
Huft. Jean menghela napas pelan. Dilepaskannya genggaman tangan tersebut dan ia meminta maaf.
"Maaf. G-gue cuma khawatir sama lo. Tadi ga sengaja gue liat lo mual-mual, gue takut lo kenapa-napa."
Terlihat jelas Jean tengah gugup. Ava hanya memandanginya dengan raut muka yang masih sama. Sesaat kemudian ia memegangi perutnya dan berkata, "Gue juga ga tau kenapa bisa mual."
"M-mau gue anter ke dokter? Takutnya asam lambung. Gue sering mual kalo asam lambung naik," kata Jean memberikan tawaran.
Ekspresi Ava seketika berubah dan bertanya, "Sejak kapan lo punya asam lambung?"
Jean terdiam. Namun tatapan Ava seakan menuntut jawaban. Mau tak mau Jean harus menjawab. "Sejak lo pergi."
"Bego."
Jean hanya bisa tertunduk pasrah. Memang salahnya yang tak menjaga pola makan dan terlalu sering banyak pikiran. Terlebih lagi ia sangat sering merindukan kisah di masa lalunya.
Ava berjalan menuju kursi gazebo yang ada di dekat sana. Jean tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, ia menyusul dan mendudukkan dirinya di sebelah perempuan itu namun masih ada jarak.
"Gue udah bilangin buat jaga diri. Lo ga menghargai permintaan terakhir gue," dengus Ava dengan pandangan lurus ke depan.
"Sorry. Susah ngatur suasana pikiran."
Ava berdecak dan hendak berdiri. Namun, belum sempat berdiri dengan sempurna gadis itu langsung terduduk kembali dengan merintih kesakitan memegangi perutnya. Tentu saja Jean panik seketika.
"Ava lo kenapa?! Kita ke dokter sekarang!"
Ava tak menolak dipapah oleh Jean meninggalkan tempat tersebut. Jean begitu panik, wajahnya terlihat begitu pucat dengan keringat dingin karena kekhawatirannya terhadap Ava begitu berlebihan.
Dibawanya Ava ke klinik terdekat menggunakan mobil pribadinya. Masa bodo dengan teman-temannya yang masih di dalam acara reunian yang sudah pasti tak satupun diantara mereka mengetahui di mana keberadaannya sekarang.
Beruntungnya dokter di klinik tersebut sigap menangani Ava yang masih merintih kesakitan ketika sampai di sana. Jean setia menemani Ava yang tengah diperiksa dengan serius. Tak berlangsung lama, dokter tersebut langsung dapat mengetahui apa penyebab Ava sakit perut.
"Asam lambung pasien sedang naik. Apa seharian ini sudah dapat memakan sesuatu?" Dokter tersebut bertanya kepada Ava.
Ava menunduk dan menggeleng lemah. Dokter tersenyum tipis dan berkata, "Sebaiknya pulang dari sini langsung makan sesuatu, tapi hindari makanan dan minuman pemicu asam lambung naik. Terutama soda dan makanan asam. Dan juga, jangan terlalu banyak pikiran, selain karena pola makan, stress juga dapat memicu asam lambung."
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Boy [End]
Novela Juvenil"Serius mau dicium?" "I-iya.. Biar gue bisa dengan bangga nyebar pengumuman kalo first kiss ketos mereka diambil oleh seorang Ava!" "Tiga puluh menit, cukup?" "WHAT?!" *** Bagaimana perasaan kalian jika seorang ketua osis yang tak berpengalaman deng...