Bab 22. Spark

3.1K 539 39
                                        

UPDATE!


Ayo semua merapat! siapa yang udah nunggu chapter ini? mana suaranya?


Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁


Vote comment share

Follow recommend



Love,

DyahUtamixx



BELUM DI EDIT



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Keesokan harinya, Sydney terbangun dari tidur dengan perasaan yang begitu ringan. Senyum merekah di wajahnya dan manik hazelnya menatap ke arah langit kamar dengan pandangan yang lebih berwarna dari sebelumnya. Dia bisa merasakan ikatan yang terbentuk dengan anggota pack lainnya, kalau semalam semua adalah nyata dan bukan mimpi. Sydney mendesah keras dan beranjak turun dari ranjang. 

Kakinya menyentuh karpet tebal yang terpasang di lantai kayu sebelum tangannya meraba kasur yang ditidurinya. Jantungnya seketika berdegup cepat saat kembali teringat bahwa kamar tidur yang ditidurinya ini adalah kamar Sebastian, ruangan pribadi milik pria itu yang belum pernah dimasuki oleh siapapun, kecuali dirinya, dan karena semalam dia begitu lelah untuk melihat-lihat, jadi sekarang adalah waktu yang tepat.

Dengan pemikiran itu, Sydney berdiri sebelum berjalan mengelilingi kamar, menyimpulkan bahwa semuanya terlihat seperti kebanyakan kamar pria lajang, tidak ada hal yang begitu istimewa. Ranjang, lemari, nakas, lampu tidur, bahkan walk-in closet milik Sebastian semuanya terlihat biasa, namun ada satu hal yang membuat Sydney tertarik. 

Matanya mengerjap dan dia buru-buru menghampiri rak buku, dimana sebuah kotak music usang duduk manis dalam keadaan bersih. Sydney mengulurkan tangan, menyentuh kotak music tersebut, dan membukanya, memunculkan suara melodi merdu yang membuat hatinya terasa lebih tenang dan damai. Senyum perlahan merekah di bibirnya. 

Matanya begitu terfokus menatap patung wanita berukuran kecil yang memakai pakaian ballet dan terus berputar seirama dengan musik. Kemudian dia mulai ikut bersenandung pelan, memejamkan mata dan bernostalgia dengan masa kecilnya. "Kau memiliki suara yang indah." Seketika Sydney membuka matanya lebar dan buru-buru menutup kotak musik berbahan kayu itu, lalu dia berbalik dan melihat Sebastian sedang berdiri di ambang pintu sambil bersedekap. Manik gelap pria itu tertuju lurus ke arahnya. Sydney bisa melihat rambut pria itu yang basah, menandakan bahwa pria itu baru saja selesai mandi. "Selamat pagi," sapanya dengan tenang, dan terbilang santai.

SEBASTIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang