Bab 8. Kegelisahan

2.1K 373 11
                                    


UPDATE! 


Ayo semua merapat sekarang juga! siapa yang nunggu chapter ini mana suaranya?


udah lama Sebastian ga up kan ya, jadi akhirnya sekarang bisa kembali up. Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dna happy reading 😁😁😁


Vote comment share

Follow recommend


Love,

DyahUtamixx


BELUM DIEDIT


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Hari dan waktu terus berlanjut tiada henti, dan semua itu dihabiskan dengan kedamaian, suatu hal yang dulu Sydney dambakan dan impikan. Entah apakah dia harus merasa bersyukur atau justru khawatir dengan keadaan ini. Semua ketenangan yang dirasakan olehnya sekarang bagaikan sebuah pertanda akan ada badai yang datang menghampirinya. Sydney menghela pelan dan memperhatikan suasana villa yang begitu menenangkan hati. Suara kicauan burung, semilir aingin, aliran air sungai yang memang letaknya tidka jauh dari villa, bagaikan terapi pengobatan terbaik baginya saat ini. Senyum perlahan merekah di wajahnya dan untuk pertama kalinya dia merasakan perasaan ringan yang begitu nyata dan sukses membuatnya menitikkan air mata.

Kemudian dengan perlahan Sydney menurunkan tangan ke daerah perutnya yang mulai terlihat membesar, tangannya mengusap permukaan perut dengan begitu lembut, menyalurkan rasa kasih sayangnya terhadap bayi yang sedang dikandungnya. "Ibu tidak sabar melihatmu hadir ke dunia ini, anakku," bisiknya dengan penuh kasih saying. "Ibu akan tunjukkan betapa indahnya dunia ini dan disaat bersamaan, melindungimu dari kejahatan di dunia ini." Lalu matanya teralihkan dari pemandangan yang ada di depannya ke arah perutnya. "Ibu berjanji."

Kedamaian dan kesendiriannya yang begitu tenang seketika terusik ketika mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Telinganya yang dapat mendeteksi suara sekecil apapun bergerak dan indra penciuman tajamnya langsung menangkap aroma yang sekarang baginya begitu familiar. Suara langkah kaki itu semakin mendekat dan akhirnya berhenti, karena itulah Sydney berbalik dan mendapati Gamma Reed berdiri tidak jauh darinya dengan kemeja serta setelan jas yang melekat di tubuh pria itu.

Hari ini Sydney mendengar kalua Gamma Reed akan melakukan sebuah pertemuan yang lokasinya tidak jauh dari wilayah ini, sebuah pertemuan mendadak dan tidak bisa ditolak karena bersifat penting. Sejujurnya Sydney merasa sedih karena dia harus ditinggal sendiri. Kehadiran Sang Gamma yang pendiam dan dingin, sudah terbiasa baginya. Pria itu akan selalu menemaninya di saat waktu senggangnya. Walaupun percakapan mereka bisa dihitung dengan jari, tapi bagi Sydney itu sudah cukup. Entah kenapa setiap mereka bersama, rasa tentram akan selalu mengisi relung jiwanya. Keheningan yang selalu membuatnya tidak takut untuk memejamkan mata, ataupun ketika percakapan yang jarang terjadi, mengalir dianatara mereka. Semua hal yang dirasakannya bersama Gamma Reed adalah hal yang diimpikannya untuk dilakukan bersama soulmate yang ditakdirkan untuknya. "Aku akan pergi selama beberapa jam ke depan," ucap Sang Gamma seraya berjalan menghampiri Sydney. "Jadi kau akan sendiri disini, tidak apa?"

SEBASTIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang