"Karena kamu pemberhentian terakhirku"-G
-ARZARA-
Za
Sebuah pesan masuk dari ponsel gadis yang sedang membaca buku dengan mata yang tidak lepas dari setiap kata yang tertulis dalam kertas-kertas itu.
Boleh keluar sebentar?
Ponselnya pun berdering kembali. Zara pun menutup buku tersebut dan membuka ponselnya.
Lalu Zara beranjak dari tempat tidurnya dan mengintip di kaca jendela. Dan benar, lelaki itu ada disana. Menunggu gadis itu menghampirinya. Namun Zara sedikit ragu, tapi ia tidak mungkin membiarkannya berlama-lama disana. Ia pun terpaksa turun ke bawah.
Pintu depan terbuka. Lelaki dengan kaus putih yang ditutup dengan jaket hitam serta celana jeans hitam itu berbalik--menghadap ke pintu tersebut.
Ia pun mendekat sambil tersenyum. Namun, belum melangkah, Zara sudah menahan lelaki itu untuk mendekatinya.
"Mau apa ke sini?" Tanya Zara tanpa berniat membalas senyuman lelaki itu atau sapaan hangat untuk mengawali percakapannya.
Lelaki itu pun membalasnya dengan senyuman. Senyuman yang tidak seperti kemarin-kemarin. Tentu Zara sulit menebak maksud dari senyumannya itu.
"Mending sekarang lo pulang" Sahut Zara lagi.
Lelaki itu pun masih diam.
"Apa lagi, Gara? Lo mau apa lagi? Mau buat rasa sakit lagi?" Tanya Zara dengan mata yang tak lepas menatap lelaki yang ada dihadapannya.
Gara menunduk, menatap sebuah kotak abu-abu yang sedari tadi ada di kedua tangannya. Ia pun melangkah--mendekati gadis itu.
Zara pun melangkah mundur sampai kembali masuk ke dalam rumah dan berniat menutup pintu itu.
Gara menahannya. Ia pun tersenyum tipis sambil menatap lekat gadis itu. Gadis yang pernah menjadi miliknya dulu.
"Maaf, Za"
Kata itu, selalu kata itu yang keluar dari mulutnya. Kata maaf yang ia jadikan sebagai pengulangan kesalahan.
Zara pun menutup pintu rumahnya kencang dengan matanya yang mulai memerah.
Gara menunduk, kembali menatap kotak itu. Ia pun menaruh kotak itu tepat dimana ia berdiri sekarang. Tepat didepan pintu rumah gadis itu.
Ia pun berbalik, mulai beranjak pergi menjauhi kotak itu.
Sedangkan dibalik pintu, lagi-lagi air matanya jatuh. Ia pun segera menghapusnya dan perlahan membuka pintu rumahnya lagi.
Terlihat jelas. Lelaki itu sudah pergi. Jauh dari pandangannya, bahkan tidak terlihat. Namun entah kenapa, Zara merasa lelaki itu tidak akan kembali lagi. Mungkin seharusnya ia senang, karena sudah tidak ada yang mengganggunya lagi.
Tapi tidak. Cinta pertamanya itu bukan pengganggu. Seharusnya ia tidak sebut lelaki itu pengganggu. Ini hanya soal waktu. Entah lelaki itu yang berubah atau dirinya yang sudah tidak lagi berada ditempat yang sama.
3 tahun. Hanya kata maaf yang kamu keluarkan. Apa disana kamu hanya belajar tentang permintaan maaf, Gara?
Gara Ardiwinata. Cinta pertamanya. Lelaki yang berhasil merebut hatinya namun mengembalikannya lagi dengan cuma-cuma.
Lelaki itu pergi tanpa sepatah katapun. Tanpa sesekali memberi kabar. Seolah hilang dan akan terus begitu. Zara sudah berusaha untuk membuat lelaki itu benar-benar hilang dari hidupnya. Namun sekarang, setelah 3 tahun lelaki itu hanya mengeluarkan kata maaf tanpa menjawab semua pertanyaan Zara yang terus menghantuinya selama lelaki itu tidak pernah berada lagi disampingnya.
Ia pun menunduk, menatap kotak abu-abu yang ditinggalkan Gara. Ia pun mengambilnya dan perlahan membuka kotak itu.
Terdapat gelang hitam dan sebuah bintang serta surat yang berada dibawahnya.
Zara mengambil gelang itu, gelang yang kemarin ia lihat dipergelangan tangan siswa yang tidak menyahutinya. Serta bintang yang baru saja ia mimpikan semalam.
Aku senang kamu mau membuka kotak ini. Apalagi membaca surat yang kutulis ini. Terima kasih ya?
Tanpa ia sadar, air matanya jatuh perlahan. Ia pun membiarkan angin mengusap air matanya. Ia tidak menghentikan perjalanannya untuk menjauhi rumah gadisnya. Gadis yang pernah jadi miliknya.
Za. Senang bisa berhasil masuk dalam hidupmu. Bahkan lebih dari senang. Maaf sudah membuatmu kebingungan selama ini. Menunggu jawaban yang tidak pasti datang. Maaf sudah membuatmu menunggu. Selama itu.
Biarkan aku tetap memanggilmu dengan panggilanku ya? Dulu kamu kesal karena dipanggil dengan nama 'Bila'. Katamu itu nama yang tidak biasa dan kamu hanya ingin dipanggil dengan yang biasa saja. Sampai akhirnya aku memanggilmu dengan nama itu, tapi anehnya kamu tidak menolak.
Kenapa, Za? Kenapa tidak menolak ku sejak awal? Kenapa mengizinkanku untuk membuatmu tidak merasakan senang?
Za. Kamu pantas dipanggil dengan nama apapun. Bahkan yang sempurna. Tapi, ku pilih untuk kembali memanggilmu dengan nama panggilanku. Agar kamu mengingatku. Agar kamu tidak coba melupakanku. Tapi jika itu membuatmu merasa baik-baik saja, maka lakukanlah. Karena itu penting buatku. Jauh lebih penting dari diriku sendiri.
Kata maaf mungkin tidak akan pernah cukup, Za. Setelah apa yang kulakukan padamu. Aku tidak bisa terus menyembuhkanmu karena aku yang menyebabkanmu sakit. Dan sekarang, ada yang mencoba untuk menyembuhkanmu. Biarkan ya? Jika itu maumu, tapi jika tidak. Langsung tolak saja. Itu membuatku senang, Za. Karena tidak ada yang menyaingiku.
Air matanya pun turun semakin deras.
Za? Pernah dengar kalimat yang menyatakan bahwa jika kita benar-benar mencintai seseorang, kita harus melepaskannya jika itu pilihannya dan membuatnya bahagia? Maka akupun begitu.
Karena setelah itu, aku jadi tahu perbedaan antara cinta dan rasa ingin memiliki. Itu jauh berbeda. Jauh sekali.
Perasaanku tidak berubah, Za. Karena sejak awal aku sudah buat pilihanku sendiri. Kamu. Kamu pemberhentian terakhirku. Tapi jika bukan kamu, maka biarkan aku ikut menikmati kebahagiaanmu walau tidak lagi bersamaku.
Baik-baik, Za. Terus baik-baik. Itu penting bagiku.
Seorang wanita paruh baya dengan belanjaan yang penuh dikedua tangannya melihat sebuah mobil dengan motor dari arah yang berbeda.
Ia pun meneriaki pengendara motor tersebut. Namun tidak ada jawaban.
"Nak! Nak!"
***
Haii!
Akhirnya ketemu lagi! Maaf lagi-lagi up nya lamaa sekali.
Tetep pantengin terus ya? Tenang, gaakan lama kaya kemarin.
Thank u and see u!
![](https://img.wattpad.com/cover/169509649-288-k365718.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZARA
Teen FictionZara Nabila. Gadis yang selalu diperbudak oleh seorang Most Wanted Boy di SMA Dartawinangsa. Namanya, Arsa Anggara. Lelaki kasar nan galak yang selalu ingin dituruti apa maunya. Termasuk meminta gadis itu untuk mau menjadi pacarnya. Dan dengan terpa...