22. Kepahitan yang manis

1.9K 111 3
                                    

"Kamu tahu apa yang menyakitkan? Menggenggam tangan yang jelas-jelas tak ingin digenggam"-PN

"Kamu tahu apa yang menyedihkan? Disaat logika dan perasaan tak sejalan. Logika mengatakan berhenti, sedangkan perasaan mengatakan untuk terus bertahan meskipun tahu dengan resiko yang akan diterima. Terluka"-ZN

-ARZARA-

Hari ini adalah hari rabu. Hari dimana jam pertama adalah jam olahraga untuk kelas X IPA 3. Kelas Zara Nabila.

Entah mengapa saat ini Zara sedang tidak mood untuk melakukan apa-apa. Apalagi berolahraga. Padahal materi olahraga hari ini adalah bermain bola basket--olahraga kesukaannya. Tetapi mau bagaimana lagi, niat-tak niat ia harus mengikutinya agar mendapat nilai.

Sepuluh menit kemudian bel pun berbunyi pertanda sudah waktunya untuk istirahat bersamaan dengan jam olahraga yang telah selesai.

Ada yang beranjak ke kantin, ke kelas, dipinggiran lapangan atau kemanapun yang mereka mau untuk beristirahat dengan nyaman. Zara beranjak menuju kantin untuk membeli air mineral untuknya dan untuk kedua sahabatnya. Sedangkan kedua sahabatnya itu masih geram dengan bola basket yang sedari tadi tidak masuk-masuk ring.

"Woi! Lu yang bener dong ngelemparnya, jangan menye-menye, jadinya gak masuk terus kan!" Tempas Kinar pada Nana.

"Apaan si lu, udah tau ring nya tinggi" Balas Nana sinis.

"Elu nya aja yang gak bisa! Cuma ngelempar bola doang gak becus!" Tempas Kinar lagi sambil menatap tajam Nana.

"Heh! Emang lo bisa?! Dari tadi lo lempar aja gak masuk-masuk. Ngaca dong!" Balas Nana lebih sinis dari sebelumnya.

"Apaan si lu!"

Ya begitulah. Sehari tidak beradu mulut rasanya hambar. Sehari tidak bertengkar bukan Nana dan Kinar namanya. Mereka layaknya minyak dan air yang tak bisa bersatu.

Hingga sumpah serapah keluar dari mulut mereka. Sungguh tak layak untuk didengar.

"Woi! Berisik! Lu berdua bisa diem gak sih!" Sambar Satya--salah satu siswa yang bermulut pedas dan cerewetnya minta ampun.

"Gak usah ikut campur!" Tempas Kinar dan Nana bersamaan.

"Heh! Bukannya gue mau ikut campur, cuma mulut lo berdua kek gak di didik tau gak! Sampah semua yang keluar" Sambar Satya lagi.

"Intro dong lo! Lo kira lo baik? Lo juga sama. Gak lebih dari sampah!" Sambar Nana balik.

Satya tersenyum sinis, "Kalo gue sampah lo apa dong? Jalang?" Ucapnya dengan tatapan meremehkan.

"Brengsek!" Tempas Nana sambil melayangkan tangannya tepat dipipi kiri Satya. Lelaki itu pun meringis.

"Gini nih, ciri-ciri cewe jalang. Kasar!"

"Kurang ajar!" Sambar Nana yang sudah siap ingin merobek mulut lelaki itu dengan wajah yang memerah. Pertanda ia memang benar-benar marah dengan perkataan yang dilontarkan oleh lelaki berhidung mancung itu.

Kinar menutup mulutnya--tak menyangka melihat keadaan malah semakin memburuk. Memang ia tahu bagaimana sifat Satya, tapi tak pernah sekalipun ia mendengar Satya mengatai seorang perempuan dengan sebutan yang tak pantas untuk didengar apalagi diucapkan.

Satya memang bermulut pedas tetapi sepedas-pedasnya ia berbicara, tak penah sampai seperti itu. Apalagi sampai menyakiti hati seorang perempuan.

"Udah Na. Jangan diladenin terus, dia malah makin jadi ntar" Bujuk Kinar sambil menarik-narik tangan Nana untuk keluar dari lapangan dan menyuruhnya berhenti untuk meladeni orang tak waras seperti Satya.

ARZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang